November 18, 2016

Pulau Harapan

25 Maret 2016 terjadilah piknik lainnya ke pulau seribu bersama sahabat gw dan teman-teman kantornya. Ya gw sih seperti biasa nebeng rombongan piknik orang lain dan diasikin aja. Seperti biasa kalau piknik ke Pulau seribu paling hanya memakan 2 hari 1 malam dan pilihan kali ini jatuh ke Pulau Harapan, dengan alasan karena peserta piknik rata-rata para jomblos yang tidak pernah putus harapan. haha

Malam sebelumnya tanggal 24 Maret,  gw memang sudah berencana setelah pulang dari kantor untuk menginap di kos Putri, agar perjalanan pagi hari ke Pelabuhan Muara Angke bisa dilakukan bersama-sama. Setelah shalat Subuh hari itu, tanpa mandi untuk efisiensi air dan waktu (alias malas) karena malamnya sebelum tidur sudah mandi, kami janjian dengan salah satu teman kantornya Putri di 711 daerah Benhil. Mereka saling memanggil nama de,ngan sebutan "Jon" yang samapai sekarang gw mash gak paham artinya apa. Lalu dengan menggunakan Uber kami menjemput teman lainnya di daerah Sarinah. Nah temannya yang satu lagi ini namanya Erick, seorang cowok ganteng yang merupakan teman dekatnya Putri, tetapi sayang kalau lagi makan bikin ilfeel karena gak bisa mingkem. Erick ini punya nama asli kalau gak salah Furqon, gw juga gak paham darimana panggilan Erick ini bisa muncul. Sejauh yang gw kenal dia sangat care dengan Putri (otomatis jadi care sama gw juga) baik dan bisa diandalkan untuk melindungi kita wanita-wanita yang rapuh (hatinya) hehe.

Kira-kira sekitar pukul 08.00 WIB kami sudah sampai di Angke dan menunggu rombongan lainnya serta kejelasan bisa naik kapal jam berapa. Kalau tidak salah saat itu kami totalnya lebih dari sepuluh orang  yang terdiri dari teman-teman kantornya Putri dan temannya itu membawa teman lagi. Karena anggota kita banyak jadi seingat gw jumlah biaya piknik ini tidak terlalu mahal dan relatif lebih murah. Kurang tahu saat itu kami menggunakan jasa trip darimana dan juga gw gak perlu mikirin karena gw hanya anggota piknik yang tinggal terima jadi.

Kebetulan gw baru pertama kali ke Pulau Seribu menggunakan Kapal Kelotok macam ini. Ternyata seru juga, terlalu seru malah. Untuk sampai ke kapal tujuan, kami harus menyeberang di antara kapal-kapal. Lompatan dari penyeberangan yang dilakukan juga cukup jauh, hal ini cukup sulit buat orang yang careless dan clumsy macam gw, apalagi gw sedikit takut dengan ketinggian. Jadilah si Eric yang rajin menolong kita, lebih banyak menolong Putri sebenarnya, karena walaupun begini-begini juga kan gw ingin terlihat strong.

Setelah sampai di kapal tujuan kami langsung mencari best spot untuk ngampar, karena kapal ini tidak menyediakan tempat duduk, kami semua lesehan di dalam kapal. Kapal ini dua tingkat, saat itu kami menempati deck yang atas.

Jadi Sarden Kaleng

TKI Siap Dikirim

Kami hanya tidur-tiduran, mendengarkan musik atau mengobrol dengan teman-teman selama perjalanan. Kurang lebih untuk sampai ke Pulau Harapan menggunakan kapal kelotok membutuhkan waktu sekitar 3-3.5 jam. Setibanya di Pulau kami langsung bahagia karena mendapatkan Vitamin Sea dan disuguhkan pemandangan yang memanjakan mata.

Disambut oleh Luasnya Laut



Selama di sana kami menginap di rumah penduduk yang dimana SIM card gw dari provider Halo tidak bisa mendapatkan signal 2G, 3G dan 4G sama sekali (masalah penting abad ini), harus ke pinggir laut atau saat snorkeling baru kami mendapatkan signal. Rumahnya cukup nyaman, terdiri dari dua kamar ber-AC, dua toilet dan satu ruang tamu serta ruang TV/ruang makan. Sesampainya di rumah penduduk (tentu saja pemilik rumah aslinya ngungsi dulu) kami langsung disajikan makanan yang sangat enak menurut gw. Ikan besar-besar yang dibumbu kuning, ikannya masih segar banget, lalu ada sayur-sayuran dan buah-buahan. Kami di sana juga tidak perlu repot mencuci piring, kalau sudah selesai cukup diletakkan di teras rumah dan akan diambil oleh yang bertugas. 

Setelah berisitirahat sejenak lalu mengatur pembagian kamar dan merapihkan barang-barang, kami langsung menuju laut untuk snorkeling di beberapa pulau. Walaupun ini pengalaman snorkeling pertama gw tidak merasa takut karena gw juga memang cinta pantai, laut dan air daripada harus ke pegunungan yang berada di dataran tinggi dan dingin. Gw punya satu tips jitu, kalau lagi snorkeling jauhilah tipe teman yang gampang panik di dalam air, kalau dekat-dekat niscaya snorkeling kita akan jauh dari kata damai. Gw gak paham apa yang harus dipanikin, karena kan kita sudah tahu kalau mau snorkeling dan itu pilihan kita sendiri bukan paksaan dari orang lain, jadi kita seharusnya sudah mempersiapkan mental dan tidak usah panik, juga tidak usah takut tenggelam karena menggunakan pelampung dan tabung oksigen, InsyaAllah semua aman kalau sebelumnya kita sudah berdoa dan mengecek keamanan peralatan. 

Begitu perahu berlayar, semilir angin yang menerpa muka terasa sejuk sekali, walaupun matahari sangat menyengat, tetapi gw sangat menikmati perjalanan di perahu saat itu. Lalu kami sampai di pulau pertama (yang gw lupa namanya) lalu kami langsung memakai peralatan snorkeling dan nyebuuuuur. Melihat pemandangan bawah laut, ikan-ikan yang cantik, terumbu karang yang indah serta mencicipi asinnya air laut. Wajar aja kakak ke-2 gw sangat kecanduan snorkeling. ternyata rasanya emang bikin candu. Laut itu candu. Gw langsung berenang agak menjauhi kawan-kawan lain agar bisa menikmati momen itu sebaik-baiknya. Sampai diteriakin anak ilang sama yang lain karena sendirian saja. Tetapi kalau ada momen foto-foto langsung join gak mau ketinggalan dong.





Setelah puas main di Pulau pertama kami menaiki perahu lagi dan melanjutkan perjalanan ke pulau berikutnya. Agenda di pulau ke-2 tidak berbeda jauh dengan di pulau pertama. Lalu di pulau ketiga, yang kalau tidak salah namanya Pulau Gosong, di sana kami boleh melepaskan pelampung karena lautnya cukup dangkal dan didasari oleh pasir putih yang halus. Cantik sekali.




Sangat disayangkan karena sampai saat ini gw belum menerima hasil dari foto-foto underwater. Maklum aja Putri sibuk banget sampai-sampai gak sempet cuma buat copy file foto dari teman-temanya. Seharusnya di sini bisa menampilkan hasil foto-foto dari terumbu karang dan gaya-gaya norak gw dari dalam air. hehe.

Setelah puas ber-snorkeling-ria kami melakukan pemberhentian di sebuah Pulau peristirahatan yang sudah ramai oleh wisatawan lainnya. Di Pulau tersebut kami disuguhkan aneka makanan yang bisa dibeli, seperti jagung bakar, aneka pop mie dan aneka gorengan yang mungkin karena kami capek dan lapar jadi semua rasanya enak di lidah. 

Landscape di Pulau Peristirahatan

Sekitar 1-1.5 jam di Pulau tersebut, yang sebagian besar waktunya kami habiskan untuk berfoto dan bermain ayunan, akhirnya kami kembali lagi ke perahu untuk segera pulang ke rumah penduduk. Malam itu ada agenda kami adalah makan malam fresh seafood di tepi pantai. Sesampainya di rumah kami langsung mandi secara bergiliran, karena kalau mandinya ramai-ramai niscaya tidak akan selesai-selesai mandinya. Lalu kami beristirahat di kamar dan menunggu hingga waktu makan malam tiba. Karena gw pelor parah waktu beristirahat di kamar itu gw jadikan waktu tidur juga, lalu gw dibangunin putri dan entah kenapa gw bangun dengan kaget dan akhirnya ditertawai hampir semua orang di rumah. Setelah menikmati makan malam gw dan Putri ingin kembali duluan ke rumah, tetapi di perjalanan pulang kami nyasar, mana cuma berdua dan suasana cukup gelap. Cukup lama kita mutar-mutar di pemukiman mencari jalan pulang, kembali lagi ke jalan awal, lalu masih saja nyasar, akhirnya setelah beberapa saat kami bertemu anggota piknik yang lain, jadilah kami selamat serta damai sentosa sampai rumah dalam keadaan utuh.

Esok paginya, 26 Maret, agenda kami setelah sarapan adalah ke penangkaran penyu di Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Cukup berjalan kaki selama 20 menit dari rumah dan sampai lah kami di sana.




Saat melihat penyu-penyu yang lucu ini tentu saja gw menjadi gemas dan ingin menggendong. Tetapi gw baru tahu setelahnya dari artikel di internet bahwa sebaiknya Penyu itu tidak tersentuh panas tangan dari manusia. Jadi maafin ya Penyu yang udh gw gendong jika merasa tidak nyaman.

Selesai bermain dan berfoto di Penangkaran Penyu kami kembali ke rumah penduduk dan segera mengambil barang-barang yang sudah dirapihkan sebelumnya lalu mengantri untuk menaiki kapal, dan pulang ke habitat masing-masing.

Saat itu gw sudah tidak sabar untuk segera pulang, karena malam harinya akan bertemu dengan orang yang selama itu sudah sangat ingin gw temui. 


Adios!









Share:

November 2, 2016

Rafting Seru

Daripada melakukan kegiatan olahraga yang harus melayang-layang di udara seperti flying fox, paralayang, bungee jumping,  gw lebih memilih olahraga di air seperti rafting, snorkeling, kano dan renang. Gw memilih aman karena gw gak bisa terbang, tapi bisa berenang, yah walaupun cuma gaya katak sih. Untuk kedua kalinya gw melakukan rafting, kali ini bersama teman-teman kampus. Setelah rafting yang pertama, perasaan gw memang masih nagih  pengen lagi, mungkin karena belum jatuh ke jeram jadi belum berasa.

Lokasinya masih sama di sungai sekitaran kota Sukabumi, Sungai Citatih namanya. Direncanakan dalam waktu yang cukup lama, karena cukup sulit untuk ngumpulin masa nya. Seperti biasa selalu gw yang aktif untuk mengajak anak-anak di grup Whatsapp. Akhirnya hanya terkumpul sekitar 11 orang dan itu juga sudah ditambah oleh saudaranya teman-teman. Memang makin ke sini makin susah kumpul kalau ada kegiatan.

Kami berangkat dari Sabtu malam hari, kumpul jam 21.00 di daerah sekitar Ciputat, berangkat jam 23.30 (iya kelamaan ngaretnya kalau janjian) lalu menuju Sukabumi via Parung, yang pada saat itu bukan main macetnya dan sekitar jam 04.00 subuh kami baru tiba di lokasi. Rencana awal kami akan check-in di sebuah hotel daerah sana sampai jam 08.00. Tetapi karena lama waktu untuk  menempati hotel hanya akan sebentar jadilah kami tidur-tiduran di mushalla dan mobil saja.

Saat itu kami menggunakan provider rafting dari Niagara yang merupakan rekomendasi dari teman. Secara keseluruhan provider ini memuaskan, kami juga mendapatkan harga spesial dan saat pelunasan pembayaran di tempat, kami mendapatkan potongan harga lagi. Setelah sarapan di meeting point (juga setelah melalui beberapa drama pagi hari, sampai ada teman yang meneteskan air mata, maklum mulut kami silet semua. hehe), kami berangkat menggunakan angkutan kecil ke lokasi rafting. Seperti biasa perjalanannya pasti melalui jalan kecil dan sangat bergelombang alias masih bebatuan.

Sesampainya di sana kami memilih pelampung, helm dan dayung lalu kami berkumpul dan mendengarkan dengan seksama petunjuk keamanan dari provider. Lalu turun ke sungai melalui tangga yang cukup curam, seperti biasa ya karena gw takut kalau liat pemandangan dari atas jadilah gw turung tangga pelan-pelan dan membuat antrian yang cukup panjang ke belakang. Karena grup kami yang bermain rafting hanya 10 orang, jadilah kami dibagi dua boat. Gw lupa siapa nama ranger kami, gw sih manggilnya bang ganteng, ya biar asik aja.

Rafting yang kami pilih waktu itu yang sejauh 25km ditempuh selama kurang lebih 2.5 jam dan sudah ternasuk waktu istirahat di sungai. Awal rafting dimulai semua terasa baik-baik saja dan menyenangkan, bahkan kami diperbolehkan berenang di Sungai. Karena baru pertama berenang di Sungai jadi rasanya enak banget, seperti kembali menjadi anak kecil dan airnya juga terasa dingin dan menyegarkan, tetapi ada satu teman di boat gw yang gak mau ikutan berenang.

Jeram demi jeram kami lalui dengan baik. Satu perkataan ranger yang gw gak lupa "kelompok ini kalau setiap masuk jeram selalu diam ya gak ada yang teriak." Sontak gw langsung spontan ketawa karena memang sepanjang perjalanan kami lebih banyak mengobrol a.k.a curhat dan diam ketakutan saat memasuki Jeram. Jadilah sejak mendengar kalimat itu kami langsung teriak-teriak secara berlebihan. Ya biar abang hepi aja.

Setelah beberapa jeram, gw lupa lagi itu jeram ke berapa dan namanya apa, kami kompak satu boat jatuh ke dalam jeram, hanya dua orang yang bisa bertahan di boat, yaitu ranger dan teman yang paling berisik teriaknya. Saat jatuh ke dalam Jeram, yang gw rasakan itu boat nya terbalik, tetapi kenyataannya tidak. Otomatis gw dan teman-teman lainnya langsung tertarik arus jeram ke dasar sungai dan sukses manghasilkan kaki beserta punggung terantuk-antuk batu. Paling gw takuti saat terbawa arus itu kalau di belakang kami ada batu besar, gak kebayang gimana rasanya kalau nabrak batu besar banget. Saat itu gw sih gak sampe meminum air sungai, berusaha mingkem aja, tetapi air banyak masuk melalui hidung. Perasaan gw waktu terbawa arus dan tenggelam itu sedikit panik tetapi tetap berusaha tenang karena yakin kalau pakai pelampung pasti akan terbawa ke permukaan. Cuma susah saja mempertahankan posisi yang benar jika tenggelam seperti itu, posisi aman supaya kaki dan dengkul tidak terantuk batu di dasar Sungai.

Gw melihat teman-teman terbawa arus ke arah berbeda, gw berusaha naik ke permukaan dan berharap terbawa arus ke aliran sungai yang tenang. Akhirnya gw berhasil memijakkan kaki di atas batu yang terletak di tengah Sungai, di titik itu aliran masih cukup deras dan gw berharap agar segera di selamatkan rescue team atau boat manapun yang lewat. Saat kami jatuh ranger juga cukup panik karena harus segera memutuskan mau menolong yang mana, maka dia menolong yang terbawa arus paling dekat dan terlihat akan memasuki jeram berikutnya. Mungkin kaya gini kali ya sedikit banyak rasanya kalau kita body rafting.

Saat jatuh yang bikin gw panik cuma satu, kacamata gw lepas dr tempatnya, yaitu diantara hidung gw yang besar dan bulat tetapi mancung kalo dari samping. Salah gw sih karena gak pake karet pengaman untuk kacamata. Gw panik karena gak akan bisa melihat dengan jelas dan masih sayang banget sama kacamata ini, jadi gak mau kehilangan gitu rasanya. Akhirnya setelah terombang ambing jeram gw berhasil ketemu lagi sama si kacamata (mungkin seperti ini yang namanya jodoh, sejauh apapun pergi pasti akan tetap bertemu kembali) tetapi ternyata lensa dan frame sudah pada lecet. Hati gw hancur melihatnya.

Kami semua sukses diselamatkan dan kembali ke boat masing-masing. Lalu dengan annoying dan sok manja gw ngebacot ke si abang ranger kenapa kami semua sampai bisa jatuh di Jeram. Ternyata menurut penjelasan ranger saat kita harus dayung maju, kita semua pada diam gak ada yang mendayung. Mungkin kita kena jampi-jampi dari Setan Budeg sampai gak dengar perintah si abang.

Tidak terasa, perjalanan rafting kami memasuki garis finish. Kalau gw ngerasanya belum puas, masih terlalu sebentar dan tidak berasa (kurang berasa apalagi kan sudah nyemplung). Tetapi ada satu teman yang sudah kapok gak mau rafting lagi. hehe kasian trauma karena jatuh sepertinya. Oya, ada juga satu kejadian lucu dari boat sebelah, saat menjalari Sungai kami melihat semacam ritual yang dilakukan kakek-kakek, yaitu dimandikan di Sungai oleh teman-temannya dalam keadaan tanpa busana apapun. Teman gw melihat kejadian itu sampai melongo dan terjatuh dari boat, padahal temen gw itu cowok. Lucunya dia hanya sendiri jatuh dari boat karena terpana oleh pemandangan di tepi sungai dan saat aliran sungai sedang tenang.

Ya beginilah sedikit cerita dari rafting bersama teman-teman kuliah, yang ceritanya mungkin masih berantakan dan lompat-lompat alurnya. Jadi, kapan kita main-main lagi, berikutnya menarik nih ikutan one day trip dari Shine Projects :)









Share: