December 30, 2011

Singapore is a Fine City

Ambigu sekali kalimat itu. Bisa fine yang berarti baik--bagus atau fine yang berarti membayar denda. Slogan ini banyak terdapat di kaos oblong, gelas atau topi yang biasa dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh. Bisa jadi kedua kalimat itu benar maknanya, karena menurut saya negara ini sangat baik dari segi tata kota dan kebersihan, mereka juga menerapkan sistem denda untuk setiap pelanggaran yang dilakukan oleh penduduk maupun wisatawan. Mungkin inilah salah satu penyebab mengapa kota ini menjadi serba teratur.

Membawa durian ke dalam kereta atau Mass Rapid Transportation (MRT) diwajibkan membayar denda sebesar 500 SGD, makan atau minum di dalam kereta juga dikenakan denda. Melanggar peraturan lalu lintas juga dendanya tidak main-main. Hampir di setiap lampu lalu lintasnya memiliki CCTV, jadi jika ada mobil yang melanggar, walaupun hanya batas kecepatan, siap-siap saja surat tilang akan segera menyambut anda di rumah. Bisa dikatakan negara ini tidak menganut sistem "peraturan dibuat untuk dilanggar". Walaupun memang ada sebagian kecil yang kecolongan melanggar.

Di stasiun kereta juga ada banyak sekali CCTV, jadi boleh saja masyarakatnya merasa aman dari tindakan kriminal. Saya sendiri sudah mencoba naik kereta dengan tas tidak direstling danjuga tidak dipeluk di depan (gaya naik kendaraan umum di kotaku), terbukti alhamdulillah tidak ada yang hilang. Kalau di kotaku naik kereta dengan pose tas sudah dipeluk masih bisa saja dijambret.
Kalau seperti ini apa yang bisa dikoreksi ya? masyarakat kita yang sudah terlalu miskin, tidak bermoral, kurang pendidikan atau kurang perhatian?

Ya sudahlah buat apa dipikirkan jika tidak ada pergerakan untuk perbaikan.
Begini saja, lebih baik Saya share beberapa gambar situasi di negara singapura.

Ini adalah suasana stasiun kereta dan di dalam kereta
Suasana stasiun bawah tanah MRT 27/11. Pada saat akhir pekan dan golden peak memang cukup ramai kondisinya, tetapi semua masih serba teratur.

Para penumpang menunggu kedatangan MRT dengan tertib.
Share:

December 14, 2011

Cerita Di Balik Situ Gintung

Banyak kabar menyeruak bahwa kawasan Situ Gintung banyak dijadikan ajang kontak jodoh oleh sebagian pengunjung, seperti pelajar sekolah, mahasiswa maupun pekerja. Kabar ini tidak asal-asalan dan juga tidak dari narasumber yang sembarangan. Bukti-bukti pun juga telah banyak ditemukan. Menyedihkan! Situ yang indah dijadikan tempat untuk hal yang bersifat dosa besar. Saya sendiri memang belum pernah melihat dengan mata sendiri, sulit untuk memercayainya kalu belum melihatnya sendiri.

Matahari nama samarannya, iya adalah salah seorang sukarelawan penjaga Danau Gintung. Ia memang banyak bercerita, terlalu banyak bercerita hal yang tidak indah. Dikatakan setiap malam minggu kawasan ini akan ramai sekali oleh pemuda-pemudi, dari sore hari, hingga Sang Surya tenggelam dan menampakkan dirinya kembali. Sayangnya bukan beramai-ramai mengerjakan hal positif, tetapi kebalikannya 360 derajat. Tidak berani Saya mengungkapkannya secara vulgar apalagi belum ada bukti atau fakta yang kuat.

Apakah kalian ingat bahwa dulu pernah digosipkan tanggul ini muntah karena banyak dipakai sebagai lokasi bermesraan. Diumpamakan tanggul ini marah dan ingin memberi pelajaran. Tetapi bukankah hal ini terlalu mengada-ada? Matahari menyatakan kalau hal itu adalah benar, karena keesokan paginya iya suka menemukan sampah-sampah berupa alat kontrasepsi bekas pakai. Bayangkan saja apa yang pengurus itu rasakan melihat hal ini, seperti dilemparkan kotoran ke mukanya.
Share:

December 13, 2011

Situ Gintung Riwayatmu Kini #2

Selasa, 13 Desember 2011 Saya kembali mengunjungi Situ Gintung di wilayah Tangerang Selatan. Ingin melihat rupanya yang seharusnya rupawan setelah beberapa bulan berlalu. Indah atau menyedihkan? beda-beda tipis. Kawasan tersebut telah selesai direnovasi dan tanggul sudah kembali berfungsi sebagaimana mestinya. Saya meniti langkah dari jalanan baru dekat kampus STIE Ahmad Dahlan, pertama kali mata ini melihat, hati menjadi tertoreh. Sampah berserakan dimana-mana. Ilalang tumbuh tidak terawat di sepanjang jalan. Di dalam saluran aliran air juga banyak dihuni oleh sampah dan ilalang. Padahal papan peringatan sudah dipasang dengan anggun tetapi tidak diindahkan.

-Papan larangan yang tidak diindahkan-

-Aliran air dari tanggul situ Gintung-

Gambar di atas merupakan aliran air dari tanggul, jika ketinggian air sudah melampui batas maka pintu tanggul akan dibuka dan dialiri ke selokan besar tersebut. Saat ini karena tidak diisi air maka selokan itu dihuni oleh sampah-sampah dan tanaman liar. Di sepanjang jalan juga tanaman ilalang liar tumbuh menjalar dengan ketinggian yang tidak wajar, tampaknya akan lebih indah jika ditanami oleh bunga-bunga cantik.

-Ilalalang besar dipelihara sepanjang jalanan menuju tanggul-
Share:

November 28, 2011

Jakarta Chaos -Part 1-

Menjelang pergantian malam tahun baru etnis Tiong Hoa, dirasakan situasi di Jakarta sangat chaos. Entah situuasi ini sudah biasa dialami warga Jakarta atau karena ini memang malam tahun baru. “Rasanya macetnya lebih parah dari biasa, udah mengantri setengah jam transjakarta belum datang juga,” batin Alinka mengucap. Ia adalah seorang karyawati yang baru saja menjamah daerah Roxy Mas, Jakarta Barat. “Rasanya ga sanggup deh tiap hari kaya gini terus,” keluh Alinka dalam hatinya lagi. Hujan angin turut meramaikan malam tahun baru itu, yang dipercayakan membawa hoki bagi etnis tersebut.

Namun bukan hoki yang didapat seorang Bapak berumur sekitar 60 tahunan, melainkan kebalikannya. Alinka terus saja memperhatikan bapak yang sedang mengantri di depannya, ternyata bapak tersebut terkena tampiasan air hujan saat mengantri bus tranjakarta di Jembatan sampai celananya basah kuyup. Baru pertama kali dirasakan Alinka antrian transjakarta menuju halte Lebak Bulus sepanjang ini, sampai memadati jembatan menuju jalur penyebrangan.
“Basah ya pak?” ucap alinka basa-basi terhadap bapak di depannya.
Lalu bapak itu menoleh, “ia nih nak, kok fasilitas dari pemerintah ga nyaman gini ya? Liat aja tuh atap jembatannya bocor, baju Bapak juga jadi basah.” Oalah ternyata bukan hanya celana bapak itu saja yang basah tapi juga kemejanya.
Perasaan kasihan melanda Alinka melihat bapak ini, dan ia pun mengajak bapak untuk menggeser tempat berdirinya, namun hasilnya Nihil. Setelah menunggu kurang lebih 45 menit di Halte Sumber Waras bapak itu mengajak Alinka untuk transit saja di Halte Harmoni.
“Nak, kita ke harmoni aja yuk disana bus nya kosong, pasti kita bisa langsung naik ga perlu ngantri lama kayak gini.”
Sebagai orang baru alinka menuruti saja ucapan bapak itu, karena dia sendiri juga merasakan bahwa setiap bus datang hanya terangkut 5-10 penumpang. Sedangkan antrian mencapai dua setengah meter.

Akhirnya tanpa berlama-lama kami sudah sampai di Harmoni.
“Waw antriannya panjang juga pak, sama aja nih,” kata Alinka. Bapak itu menimpali, “tenang aja nak bapak udah biasa naik transjakarta, sebentar lagi kita pasti bisa naik bus, kan busnya pada kosong.” “Semoga aja pak” balasnya sambil tersenyum.
“Waaah bisa tua di jalan nih kalo tiap hari kaya gini.” Alinka menyesali lokasi pekerjaan barunya yang sangat jauh. Ia jadi teringat telah menolak pekerjaan yang mirip dengan hobinya. Penyesalan ini disadari betul tidak ada gunanya lagi, “padahal kan enak cari berita di daerah Tangsel aja, ke kantor juga cuma seminggu sekali,” desah pikiran Alinka.
Untung saja ada Bapak baik hati yang mengajak Alinka mengusir rasa bosannya menunggu kedatangan transjakarta. Ia berpikir, “bapak ini kuat juga tiap hari mengantri Transjakarta berjam-jam, aku yang masih muda ga boleh kalah dong,” menyemangati dirinya sendiri.
Setengah jam telah berlalu dan transjakarta jurusan Lebak Bulus muncul juga, para penumpang berdesakan memasuki pintu bus. Bapak yang lebih tua itu malah membantu alinka yang masih muda ini menaiki bus. Akhirnya perempuan itu dan sang bapak berdua berdiri di dalam bus. Sebal sekali dia melihat para pemuda yang tidak mau memberikan tempat duduk kepada bapak yang sudah berumur ini. Mungkin memang seperti ini mental anak mudak zaman sekarang. "Kita semua juga pasti posisinya pasti sudah sama-sama capek tapi kasian kan bapak ini udah tua."

Jalanan malam itu sangat macet dan semrawut, perempuan berambut coklat lebat itu menjadi khawatir dengan apa yang diberitakan koran menjadi kenyataan, Jakarta akan lumpuh. Melonjaknya angka pertambahan penduduk menyebabkan Jakarta penuh sesak dan bertaransformasi menjadi kota kecil. Rasanya mau jalan kemana-mana pasti disambut dengan kemacetan.
Alinka jadi teringat dengan perkataan gubernur DKI Jakarta, katanya mau berantas kemacetan, mana? Katanya mau bikin MRT (Mass Rapid Transportation) kereta bawah tanah seperti yang dimiliki Singapura atau Shinkansen Jepang, tapi ga keliatan tuh progressnya. “Lagian Jakarta langganan Banjir aja mau bangun gituan segala, berantas dulu tuh banjir,” pikir Alinka sok tahu. Monorail yang mulai dibangun beberapa tahun silam sudah terbengkalai disepenjang jalan Asia Afrika, Senayan.

” Padahal kalau itu ada mungkin kita gak perlu macet-macetan tiap hari ya pak?” Tanya alinka kepada si bapak baik hati.
“Wah proyek itu udah ditinggalin gitu aja ya nak sama pihak berwenang.” Balas bapak itu.
“Kalau aja setiap jalan di Jakarta dibangun jalan layang kayak di kota Shanghai kita ga perlu selalu macet-macetan kaya gini ya kan.”
“Wah nak itu mah ntar dibangunnya kalau udah mau kiamat.” Canda si bapak berkacamata.
Akhirnya hal ini menjadi topik seru antara kedua orang asing yang tidak sengaja mengalami nasib yang sama dengan kemacetan.
Sang bapak juga tak kunjung mendapat tempat duduk, kasihan sudah 45 menit ia berdiri dan mereka belum juga mencapai halte yang ke-3.
Lalu di malam yang sangat ramai itu, tiba-tiba saja terdengar bunyi ledakan sangat keras dan disusul lampu bus padam, gelap total, semua orang berteriak histeris namun alinka tidak dapat mengeluarkan suaranya.
Share:

October 25, 2011

#7 Kahitna

-Soulmate-

ketika engkau datang
mengapa di saat ku
tak mungkin menggapaimu

*
meskipun tlah kau semaikan cinta
dibalik senyuman indah
kau jadikan seakan nyata
seolah kau belahan jiwa

**
meskipun tak mungkin lagi
tuk menjadi pasanganku
namun ku yakini cinta
kau kekasih hati

terkadang pintu surga
sukar dimengerti
semua ini kita terlambat


Lagu ini menurut gw pemilihan katanya sangat sederhana.
Tetapi menyentuh mereka yang punya hati.
Share:

October 22, 2011

Fenomena Antara Pamer dan "Share"

Beberapa bulan yang lalu Saya membaca sebuah kolom di surat kabar Harian Kompas, (lupa edisinya) kolom itu ditulis oleh penulis favorit Saya, Samuel Mulia. Tulisannya cukup singkat tetapi selalu mengena di hati.
Walaupun terkadang ceritanya membingungkan tetapi pilihan katanya selalu tepat untuk mencapai klimaks. Membuat diri ini tergugah dan bisa berpikir secara terbalik.

Pada awalnya susah sekali untuk mengerti judu tulisannya, lalu setelah membaca baris demi baris akhirnya dapat dipahami juga maksudnya. Tulisannya mengenai kebiasaan pergaulan di Indonesia yang sering mengungkapkan "bukannya mau sombong kok tapi cuma mau share."
Saat itu Saya hanya tertawa membaca cerita itu dan menganggap Samuel iri dengan teman-temannya. Saya merasa tidak pernah mengalami kejadian tersebut, tidak pernah merasa ada teman yang bersilat lidah dengan ungkapan "gue cuma mau share aja kok, ga ada niat pamer, suer."
Haha rasanya konyol sekali. Karena mungkin saja Saya termasuk ke dalam golongan yang polos.
Share:

October 21, 2011

Marketing Oooh Marketing

Hari-hari ku biasanya berjalan dengan adem ayem, tetapi Kamis (20/10) keluargaku dihebohkan oleh tagihan kartu kredit yang tidak pernah di apply dan tagihan internet yang seharusnya sudah diputus.
Untung tagihan kartu kreditnya bukan tagihan yang macam-macam, tatapi hanya tiga macam. Tagihan telepon rumah serta TV kabel dan internet.
Pasalanya selama dua bulan ini mama-ku kepedean bahwa tagihan teleponnya sudah dibayarkan oleh saudaranya,, ehh di balik usut punya si usut ternyata telah dibayarkan oleh si kartu kredit yang tidak memiliki hubungan darah.
Baik sekali ya kartu kredit ini.

Mama ga inget kapan apply untuk auto debit kartu kredit ini, dia hanya ingin meneruskan kepemilikan kartu kreditnya, tetapi tidak minta untuk auto debit seluruh tagihan bulanannya.
Entahlah ini strategi tim marketing atau apa, yang biasanya para IRT menjadi korban empuk mereka.
Tanpa konfirmasi mereka langsung saja melacak dari transaksi pembayaran mama-ku via ATM, berani sekali mereka, apalagi ke dua tagihan yang akan di debet itu bukan atas nama mama-ku tetapi papa-ku. Tidak pakai ba-bi-bu mereka langsung main hajar tanpa melakukan konfirmasi lagi sesudahnya.

Share:

I'm NOT a Quitter!

Finally I mada a decision!!

I try to quit..
I'm not a quitter..
but I choose to quit to get a better situation in a better place and at the better time..

so I just enjoy my life!


September 30, hari terakhir aku bekerja sebagai peduli pelanggan di salah satu tempat yang bergerak di bidang komunikasi, sebuah provider terkemuka.
Bekerja di tempat itu sesungguhnya memberikan banyak ilmu, tetapi entah mengapa aku merasa tidak akan menglami peningkatan yang signifikan di sana.
Aku ingin berkembang, tetapi perkembangan kita malah dihambat oleh orang yang berkuasa.
What a pathetic thing!

Aku sadar mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah, tetapi tampaknya lebih sulit jika menjalani sesuatu tanpa ada kecintaan di dalamnya.

Mundur bukan berarti pengecut, tetapi berani mundur untuk maju di tempat lain.
Share:

September 2, 2011

Terulang--Kembali

Dalam beberapa tahun belakang ini, perayaan Idul Fitri di Indonesia, selalu ditandakan oleh perbedaan hari, ada yang lebih cepat, lebih lambat dan bahkan ada yang melampaui batas kewajaran.
Sungguh semboyan dari bhineka tunggal ika dapat terlihat eksistensinya di sini.

Semuanya memang didasarkan oleh keyakinan masing-masing, tidak ada paksaan, karena sesuai dengan pasal 29 ayat 2 UUD '45 diberikan jaminan untuk kebebasan memilih agama dan beribadat sesuai kepercayaan masing-masing.
Namun miris sekali ya rasanya kalau untuk merayakan lebaran saja harinya beda-beda.

Kok kayanya negara ini jadi sangat tidak kompak, efeknya juga saya rasakan dalam merayakan bersama keluarga besar. Euforianya tidak terlalu dirasakan.

Sebenarnya apa sih penyebab lebaran bisa berbeda-beda begitu?
Apa memang karena pemerintahan kita belum bisa melihat hilal? jadinya belum bisa dibilang bulan Syawal itu sudah dekat?
Tapi kenapa pemerintahan di Arab Saudi sudah bisa melihatnya, padahal jarak waktu negara kita dengan mereka hanya jeda 4 jam.


Saya sendiri cenderung mengikuti pemerintahan Arab Saudi yang juga sesuai dengan keputusan Muhammadiyah, bukannya saya ingin menjadi warga negara yang tidak taat. Tetapi rasanya keputusan ini lebih mengena di hati saya. Buran karena Arab Saudi negara Islam, tetapi tampaknya memang karena dari dulu saya sudah terbiasa mengikuti dan lebih memercayainya. Karena percuma saja bila kita mengambil suatu pilihan tetapi tidak ada keyakinan di antaranya.


Tidak apalah berbeda-beda yang penting makna lebaran itu tetap sama di hati kita masing-masing.
Share:

August 29, 2011

#4 All I Wanna Do is Find a way back into Love ~~~

"Way Back Into Love"
(feat. Drew Barrymore)

[Verse 1]
[Drew Barrymore:]
I've been living with a shadow overhead,
I've been sleeping with a cloud above my bed,
I've been lonely for so long,
Trapped in the past,
I just can't seem to move on!

[Hugh Grant:]
I've been hiding all my hopes and dreams away,
Just in case I ever need 'em again someday,
I've been setting aside time,
To clear a little space in the corners of my mind!

[Chorus]
[Both:]
All I wanna do is find a way back into love.
I can't make it through without a way back into love.
Ooo hooow
Share:

August 28, 2011

Damn! I Love Jakarta*


Jakarta kota kita tercinta! (katanya).
Masihkah kita bangga dengan Jakarta? Banggakah kita dengan kotanya yang semrawut? Yang terkenal sebagai raja macet dan segalanya yang berbau tidak sedap.
Tentu saja kita harus tetap bangga!

Kita tidak bisa mencintai sesuatu hal hanya karena kebaikannya saja, tetapi harus mencintai dari keburukannya juga, karena banyak pekajaran yang bias kita ambil dari situ.
Jangan kalau sudah ada yang buruk-buruk langsung ditinggalkan, seperti fenomena artis dan penggemarnya.
Share:

Reuni Ramadhan #2

Rasanya sudah lama sekali ya kita tidak bertemu, lamanya pertemanan kita dulu, menempuh ilmu bersama, susah-senang mengerjakan tugas kelompok, selama kurang lebih empat tahun.
Pertemuan hari itu rasanya menggemberikan. Terimakasih.
Tidak semua hadir memang, tetapi tak apalah—bisa dimaklumi.

Aku, Kamu dan Mereka rasanya tidak banyak yang berubah, apakah pertemanan ini memang nyata?
Mantan ketua kelas terakhir kami mengusulkan pertemuan besar ini, untunglah tidak ada yang masa bodoh. Semua antusias, walaupan memang Lo Lagi Lo Lagi.

Kawan,,tahukah artinya kalian bagiku? Kalian tampaknya telah mengenal baik sifatku yang mudah ditebak ini, tidak seperti aku yang sering kali tidak bisa memahami kalian.
Terimakasih ya.
Pergaulan yang kalian ajarkan, tanpa pamrih, semua terasa nyata hingga saat ini. Walaupun terkadang terjadi adu mulut, tetapi hal inimenjadi bumbu-bumbu dalam hubungan percintaan kita :)
Share:

August 7, 2011

Reuni Ramadhan #1

Bulan ramadhan sudah berjalan hampir satu minggu, biasanya sudah mulai banyak undangan untuk buka
puasa bersama. Mulai dari temen SD, SMP, SMA dan kuliah.

Minggu pertama ini dimulai dari ajakan buka bersama teman-teman SD. Gak lama si bareng-bareng sama mereka, cuma dua tahun terakhir, maklum waktu SD gue nomaden.
Berhubung meeting point ga jauh dari kantor, jadi ayo aja deh kumpul-kumpul.
Kayanya kalau bukan bulan puasa, ga ada lg event yang pas buat kumpul-kumpul, kan niatnya juga selama bulan puasa ini menjalin silaturahmi..hehe

(Ki-Ka) Tri, Dita, Aida












Share:

August 4, 2011

Saya

Jika ingin menggambarkan orang seperti apa ya saya ini, pasti saya susah sekali untuk merangkai kata per kata.
Saya ingin memulainya dengan suatu kata-kata yang fenomenal, tetapi saya ini kan bukan seseorang yang fenomenal.
Saya terus berpikir kata-kata apa yang pantas untuk diungkapkan, apakah saya tulis saja kalo saya ini adalah manusia yang berpikir? Karena daritadi saya di sini kan mikir terus..haha

Sering kali saat interview pekerjaan, pertanyaan yang pasti muncul adalah 'describe yourself please'.
Jeeeeng...apa ya yang harus saya katakan?
Biasanya saya memulai dengan menjelaskan umur, pendidikan, keluarga dan sehabis itu aaaa..errr..errrr

Kenapa susah sekali mendeskripsikan diri ini, apalagi kalau ditanya kekurangan dan kelebihannya. Apa yang teman-teman lakukan jika ditanyakan hal ini?

Sering kali, terutama pada saat-saat masih sekolah saya melihat tulisan atau mendengar "Saya adalah manusia yang sedang mencari jati diri."
Pertanyaannya mau mencari jati diri sampai kapan? Kalau udah umur segini masih bingung -___-

Saya sih untuk cari  amannya kalo ditanya kaya gitu kasih jawaban yang abstrak, ngambang, 50:50.
Nah lhoh apa itu artinya saya ini orang yang sedang galau?hehe

Hidup itu pilihan.
Hidup itu perjuangan.
Hidup itu harus penuh impian.

Saya ini orang yang banyak bermimpi, karena dengan mimpi itu kita menjadi pribadi yang optimis serta tidak mudah menyerah.
Orang terdekat saya telah membuktikannya, berhasil menggapai sejuta mimpinya.

Jadi, butuh keberanian untuk menjabarkan diri kita dan meraih mimpi kita.
Share:

August 2, 2011

Jakarta dan Pesakitan

Saya ini penggemar kendaraan umum, kemana-mana selalu mengandalkan bus.
Sudah murah, terkadang juga lebih cepat sampai karena sang supir yang membawa bus dengan ugal-ugalan. Melawan arus, tikung sana-sini, salip sana-sini, tidak perduli dengan badannya yang besar.

Saat si Komo lewat pun, para supir bus tetap saja membawa badannya dengan gaya masing-masing sekehendak hati. Terkadang saya ikut tertawa saat si supir bus melawan arus dan memotong antrian, sontak para supir mobil pribadi langsung mengklakson. Maklum sajalah supir bus kan memang mencari nafkah, dan penumpangnya pun banyak, jadi bolehlah menyelak sedikit para mobil pribadi yang isinya hanya satu atau dua orang.

Rasanya semrawut sekali ya jalanan ibu kota kita. Motor-motor sudah seperti kawanan  perompak yang suka mengambil jalur mobil dan tentu saja dengan gaya andalan--menyalip. Enak sekali menaiki motor dan bus di kala macet. Namun saat saya berada di posisi pengguna mobil pribadi hal ini sangatlah mengganggu dan nyaris mengancam.
Bayangkan saja jika para pengendara motor yang menyalip tanpa melihat kiri kanan tertabrak oleh mobil pribadi, siapa yang disalahkan? Bahkan tidak jarang saat saya berada di mobil pibadi dalam posisi diam, masih saja disundul oleh motor.

Kalau bicara salah menyalahkan, siapa yang mau disalahkan dalam posisi ini? Pemerintah? Masyarakat? Apa salahkan saja kota Jakarta yang terlalu padat penduduk, atau salahkan saja yang tidak melakukan program KB? sehingga penduduk Indonesia jadi meledak.

Sedikit melihat tata kota negara tetangga Singapura, wilayah yang kecil hanya 710.2 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 menurut wikipedia sebanyak 5.076.700. Bandingkan dengan kota Jakarta, luasnya hampir sama besar dengan negara singapura, 740.3 km2. Namun penduduknya mencapai 9.588.198.
Padat sekali kota jakarta kita ini, pantas saja pak polisi lalu lintas kesulitan menertibkan pengguna jalan umum. Pantas saja usaha pemerintah menambah armada Transjakarta sebanyak apapun, tampaknya tidak pernah mencukupi.
Mau bikin Mass Rapid Train (MRT) seperti Singapura, nanti kalo banjir gimana? Monorail saja di kawasan sekitar senayan terbengkalai.

Terlalu banyak tampaknya problematika Jakarta.

Itu tadi kondisi lalu lintasnya, penduduknya bagaimana? menengah ke atas tidak usah kita bicarakan. Menengah ke bawah saja tampaknya lebih seru.

Pulang kerja seringnya saya menaiki bus 72 Lb. Bulus-Blok M. Setiap hari pasti ditemani kawanan pengamen, kalo pengamen nyanyinya niat ikhlas ngasih 500 perak atau 1000. Tapi kalo yang nyanyi asal-asalan dan berbau ancaman, biasanya sih ngasih karena takut.Biasanya yang mengancam ini anak jalanan bergaya ala Punk. Makin banyak saja anak jalanan bergaya ala Punk, terutama di kawasan Lb. Bulus-Ps. Jumat (padahal depannya ada sekolah polisi wanita).

Saat mereka menaiki bus atau mikrolet saya langsung merinding, bukan karena bau badannya saja, tapi lebih kepada etika nya. Naik bus langsung teriak-teriak, nyanyi dengan nada mengancam. Kalau ga dikasih uang mereka malah maki-maki. Tidak jarang juga saat saya tertidur dibangunkan paksa oleh mereka agar memberikan uang. 

Tulisan di sini bukanlah bermaksud untuk mendiskriminasi Anak Punk, karena setahu saya Anak Punk asli tidaklah seperti ini. Mereka adalah kaum intelek yang mengedapankan masalah sosial, sebuah sub-budaya dan juga menjadi ideologi hidup. Aslinya mereka adalah kaum berpikir, yang memikirkan aspek-aspek politik, sosial dan ekonomi negaranya. Mereka mengalirkan aspirasi-aspirasi melalui lirik lagu yang sangat menyindir, dengan nada upbeat dan penuh dengan hentakan.
(Jika ingin lebih lengkap, open me)

Tapi yang saya alami di sini lain,  nadanya memang sama-sama upbeat, juga liriknya sama-sama menyindir negara kita, tetapi kenapa malah kami yang sesama masyarakat di ancam? Kenapa mereka harus memaksa meminta-minta? Bahkan pernah satu kali ada tiga sekawan anak ala Punk menaiki metro mini dan sangat rusuh. Gaya boleh mirip tapi  mungkin ideologi sudah tidak sepaham dengan leluhurnya. Mereka langsung saja berkoar dan menghentak-hentakkan kaki yang membuat seluruh penumpang kaget. Menggedor-gedor atap bus, bahkan hampir ingin memukuli supir bus, padahal supir itu tidak melakukan apa pun kepada mereka.

Saya jadi berpikir apa yang ada di pikiran mereka, kalo mau ngamen ya nyanyi aja yang bagus dan kreatif dengan menggunakan alat musik, jangan asal teriak-teriak dan mengancam. 
Bagaimana ini dinas sosial? bukannya ini juga merupakan tanggung jawab kalian? bukannya kaum muda seperti mereka harusnya ditampung, diberikan arahan dan diberdayakan sesuai bakat masing-masing?

Belum lagi akhir-akhir ini marak dengan larangan untuk memberi uang, barang atau makanan kepada pengemis. Lalu kenapa mereka tidak diamankan, kenapa masih banyak saja anak kecil berlarian di sepanjang kolong jembatan Lb. Bulus? Kalau ini sih diberikan karena iba, walaupun memang tidak mendidik. Lalu siapa yang harusnya mendidik mereka
Bukankah dalam pasal  34 UUD RI 1945 berbunyi Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Realitasnya?

Masa untuk menghindari ancaman mereka saya harus menaiki kendaraan pribadi? kalo gitu saya sama saja tutup mata dong seperti beberapa petinggi di negara ini? 

Begitu banyak pesakitan di kota Jakarta. Hai para petinggi apa tindakan kalian?
Share:

April 23, 2011

April 5, 2011

March 21, 2011

Hidup Itu Pilihan #2

Berangkat pagi buta, menikmati indahnya kemacetan, menemui--hampir setiap hari--halte Transjakarta di harmoni yang selalu penuh sesak, pulang bersama langit kelam dan setumpuk orang dalam bus, memberikan waktu yang banyak bagi Saya untuk terbuai dalam lamunan dan mengingatkan Saya dengan sebuah pilihan lagi.

Jalanan pulang pergi yang sama setiap hari dan selalu melewati jalan "itu" membuat Saya kesal dengan pilihan yang telah dibuat. Kesal bukan menyesal.

Melewati daerah bilangan kedoya membuat hati Saya selalu mencelos, apalagi melihat tulisan "itu" selalu terpampang di mana-mana. Tempat "itu" adalah tempat yang sudah saya tidak pilih, jalan "itu" mungkin saja sudah tidak akan pernah Saya injak lagi.

Saat "itu" berawal saat Saya mendapatkan dua tawaran interview pekerjaan, cukup sulit bagi Saya untuk memilihnya, karena dua-duanya menggiurkan. Yang satu baru interview tahap pertama di majalah remaja wanita dan yang satu lagi (Saya pikir) adalah lanjutan interview tahap ke-3. Saya menimbang-nimbang mana yang akan saya datangi. Di tempat yang ke-2 sudah interview tahap ke-3, Saya pikir peluangnya akan lebih besar daripada yang baru tahap pertama. Namun di tempat pertama itu, pasti kerjanya akan mengasikkan, majalah wanita, repoter-nya juga rata-rata wanita muda. Berita yang ditulis juga lebih ceria daripada harus menulis berita untuk koran

Hampir seharian saya memikirkannya, lalu malam pun menggantikan siang, dan pilihan sudah dibuat, Saya akan mendatangi tempat "itu" saja, peluang yang lebih besar pun menjadi pertimbangan. Namun saat Saya menjalani proses interview, perasaan kecewa melanda hati ini, ternyata saya menjalani proses tes dari awal lagi. Menulis berita feature dan translate berita dari AFP (Agency France-Press), hal ini dikarenakan ternyata posisi yang dilamar berbeda, sama-sama menjadi reporter tapi hanya untuk satu wilayah saja.
Share:

March 11, 2011

Hidup Itu Pilihan #1

Seseorang sering sekali berkata pada saya bahwa hidup itu adalah pilihan. Setiap saat ia selalu mengatakannya, sampai-sampai saya bosan mendengarnya, karena terkadang atau bisa dibilang sering kali, saya tidak menjadi pilihannya. Haha, ya tentu saja saya tidak bisa terus-terusan menjadi pilihan bagi seseorang. Hidup itu adil, sudah ada bagiannya masing-masing untuk setiap orang.

Pilihan hidup itu banyak macamnya. Memilih untuk ke jalan yang benar atau salah, memilih untuk menjadi seseorang atau hanya bayangan dari seseorang, memilih untuk mendapatkan surga atau neraka, dan juga memilih untuk menjalani hidup atau bertemu kematian.

Memilih berarti menentukan jalan hidup, sekecil apapun pilihan kita tetap saja itu merupakan jejak-jejak bersejarah dari kehidupan. Pilihan kita saat ini adalah bayangan dari masa depan kita.

Kadang kala mudah sekali bagi saya untuk memilih, tanpa berpikir panjang dan kemudian menyesal di akhir. Memilih tidaklah mudah bagi semua orang, menentukan pilihan itu seharusnya dilakukan dengan pikiran panjang, agar menghasilkan sesuatu yang baik juga dan tidak perlu ada rasa penyesalan. Menyesal itu tidaklah indah, karena selalu dirasakan di akhir dan susah sekali untuk mengembalikannnya. Ingat waktu tidak bisa diputar!

Saya sering kali dihadapi oleh pilihan-pilihan yang sulit, terakhir kali adalah pilihan untuk menentukan pekerjaan. Saat itu saya adalah seorang fresh graduate yang sedang mendalami ilmu jurnalistik selama empat tahun di bangku kuliah, selama itu juga saya merasakan bagaimana tidak enaknya menjadi pekerja lapangan. Namun tantangannya itu yang tidak bisa saya jauhkan, saya suka tantangan, saya suka alam bebas, tetapi saya memiliki sebuah penyakit yang saya sebut penyakit mental.
Share:

February 7, 2011

February 6, 2011

Situ Gintung—Riwayatmu Kini

     Telah tercatat oleh sejarah pada tahun 2009  tanggul Situ Gintung, Ciputat, Tangerang-Selatan, telah habis masa baktinya untuk membendung kumpulan air hujan. Ya, tanggul besar yang dibangun sejak zaman Belanda itu telah jebol, dijebolkan oleh penghuni tanggul itu sendiri. Naas, kejadian itu sungguh mengenaskan dan mengesankan.

    Dengar-dengar memang tanggul itu memang sudah tidak sekokoh dulu, wajar saja usianya sudah puluhan tahun. Pada saat itu curah hujan juga sangat tinggi, sehingga air melebihi permukaan tanggul dan tanggul tidak kuat lagi menahan tekanan air yang begitu besar.

     Beberapa jam sebelum tanggul jebol, penduduk setempat sudah mencoba memberitahukan kepada warga yang rumahnya akan dialiri air bah apabila tanggul ini jebol. Namun banyak penduduk yang tidak mengindahkan. Benar saja, menjelang subuh air bah sebanyak 1 juta meter kubik yang ditampung di lahan seluas 21 hektar berpesta pora menghantam perumahan padat penduduk dan membawa mereka ketempat yang tidak lagi terjangkau. Tercatat ratusan korban turut meramaikan peristiwa ini. Sangat disayangkan ternyata selama ini para ahli tidak merawat tanggul itu, sehingga kejadian ini terpaksa dihadapai saudara kita.
Share: