August 27, 2017

My Treatment History for Acne(s) and Sensitive Skin

Tenaang pemirsah,, blog ini belom berubah jadi beauty blog kok dan gw belom jadi beauty blogger karena kan ya gw gak beauty2 amat..hehe

Jadi cerita ini tentang kulit wajah gw dan dialami oleh hampir semua cewek yang memiliki tipe kulit sensitif, yaitu jerawat dan iritasi. Karena rata-rata jerawat berlokasi di wajah dan terlihat jelas oleh orang lain, terkadang menjadi problematika yang cukup pelik bagi sebagian orang. Baik memiliki pengalaman berjerawat atau break out saat remaja maupun dewasa, mampu melunturkan kepercayaan diri seseorang. Hal ini juga terjadi sama gw tetapi Alhamdulillah tidak membuat gw 100% minder, karena gw percaya bagaimanapun juga inner beauty itu tetap yang paling penting. Kecantikan diri dari dalam akan terpancar apabila kita mempunyai manner yang baik, isi otak yang tidak pas-pas an, supel ataupun mudah bergaul dan ramah terhadap orang lain. Eh tapi jangan salah gw bukan orang yang ramah, bisa dibilang gw super jutek. Tapi mungkin ini dulu ya karena potongan muka yang Alhamdulillah udah dari sananya begini dan sifat gw yang dulu agak pemalu serta pendiam jadi orang lain suka salah paham kalau gw ini jutek dan sombong. Pepatah tak kenal maka tak sayang itu benar adanya lhoh gaes *cieh pake gaes biar kekinian*. Kalau sekarang sih kayanya sifat gw banyakan  malu-maluinnya.

Kira-kira gw mulai berjerawat saat kuliah semester dua tahun 2007 tepatnya saat gw mulai aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) fotografi. Namanya juga kerjannya tiap hari praktek motret, jadi sudah pasti kita harus terjun ke lapangan. Nah di lapangan itu banyak banget kan yang namanya debu, polusi, bakteri, panas matahari dan hal-hal lain yang gak cocok buat kulit super sensitif macam gw. Beberapa bulan turun ke jalanan kulit gw langsung kusam dan berjerawat, gw menyadari sendiri hal ini setiap kali bercermin dan cuci muka, ditambah juga oleh komentar dari hampir semua temen kuliah, mereka pada bilang ' iiiiih Aida kok jadi jerawatan, males bersihin muka ya." Lalu juga ada yang komen "wahh ketauan banget nih anak UKM foto-nya, muka kurang tidur, kusam, depresi (lah)."

Kalau soal bersihin muka gw termasuk paling rajin, gak pernah kelewat sebelum tidur, mungkin pernah satu sampai dua kali kalau lagi capek banget aja, tetapi entah kenapa jerawat senang sekali nongkrong di sini. Kalo kata dokter memang jerawat gw ini karena faktor hormon yang tidak seimbang. Malahan saking rajinnya merawat, muka tetangga juga gw rawat eh maksudnya gw juga rajin merawat kulit bibir yaitu dengan selalu pakai lipgloss Petroleum Jelly Vaseline varian Cocoa Butter sebelum tidur dan scrub bibir sebulan sekali agar menjaga kelembaban bibir, karena termasuk tipe bibir yang kering dan mudah terkelupas juga.

Balik ke kulit muka, kulit muka gw ini termasuk yang super sensitif, pernah waktu itu coba facial wash keluaran brand Clean&Clear yang varian-nya gw lupa. Dalam hitungan detik selesai membilas wajah, kulit muka langsung terasa panas dan pas gw ngaca ternyata berwarna merah kaya udang rebus. Untung aja teman gw ada yang selalu sedia obat alergi, Alhamdulillah langsung hilang efeknya sehabis minum obat. Teman gw yang lain yang memakai produk ini sih baik-baik saja kulit wajahnya. Kata temen gw memang yg varian itu agak keras daripada varian lainnya, tapi kalau di muka teman-teman yang lain tidak ada masalah.

Cukup panjang memang drama peperangan yang gw laluin buat ngobatin jerawat yang gw gak yakin kalo sudah sembuh total sekarang ini. Sesuai dengan yang sudah gw ceritain di atas masalah jerawat ini juga sempet juga bikin gw gak pede buat ngobrol tatap muka dengan orang lain apalagi lawan jenis, seperti jerawat ini udah jadi masalah terbesar dari hidup gw saat itu. Kalau ngaca gw jadi suka ngobrol sama jerawat "kenapa sih lo doyan banget bersarang di muka gw, hush hush pergi." gw ngedumel. Nyokap gw pun pernah cerita, waktu muda dia jerawatan parah, malah pernah sampai pingsan waktu lagi mencetin jerawat sendiri di depan cermin. Haha untung gw gak pernah sampe pingsan yaa, lebih kuat menghadapi kenyataan tampaknya gw. Maap yaa maa bukan maksud ngetawain, tapi emang kocak ceritanya.

Pengobatan atau treatment pertama yang gw lakukan adalah berobat ke  Dr. Titi Moertolo (Doti) yang berlokasi di bendungan hilir. Awalnya berobat ke sini adalah anjuran dari kakak pertama gw, tapi gw ragu-ragu karena gak punya uang. haha. Karena kakak gw banyak duit ehh baik hati maksudnya dan karena faktor kasihan juga sih kayanya, dibawalah gw ke Doti dan semua biaya ditanggung doi pastinya. Dokter ini termasuk mahal banget sih kalau awal perawatan (kira-kira habis Rp 2.000.000an), karena masih kena biaya konsultasi dokter dan gak bisa milih-milih obat dan jenis perawatan. Otomatis kalau muka sudah lebih bersih, biaya yang dikeluarkan juga akan lebih sedikit. Banyak sekali pantangan makanan yang merujuk kepada golongan darah, yang sekarang gw gak yakin kalau sebenernya itu pengaruh banget. Pertama kali kita wajib konsul sama DoTi (dokternya galak) atau dokter lain yang tersedia. Walaupun galak tapi yang dia omongin benar dan obat-obat pemakaian luar juga minum-nya mujarab. Setelah konsul kita wajib facial yaitu mengeluarkan komedo dan isi jerawat dengan cara dipencet. Sumpah ini sakitnya minta ampun, sakit paaaaraaaaah. Air mata gw pasti ngalir, gak sampe teriak-teriak sih (masih tahu malu). Setelah facial baru deh ke tahap yang menenangkan seperti masker (ada banyak jenis masker), lalu ozone (muka dikompres pakai kapas yang super dingin) dan Beauty Light yaitu diberikan paparan sinar biru, kuning, merah yang masing-masing punya khasiat tersendiri. Setelah facial, kulit wajah gw pasti akan berwarna kemerahan untuk beberapa jam ke depan dan terasa agak perih (tergantung sensitivitas masing-masing kulit ya). Mungkin beberapa bulan setelah rutin pengobatan, muka gw kembali mulus, permukaannya tampak halus dan terasa lembab sekali kulitnya. Rutin itu adalah seminggu bisa dua kali facial untuk dua bulan pertama, rajin pakai obat, baik obat cream maupun obat minum. Bayangkan berapa puluh juta melayang buat muka ini. hikssssss (untung bukan duit gw). Setelah mulus dan tidak berjerawat gw paling  facial hanya satu bulan sekali atau dua bulan sekali.

Gw lupa berapa lama jangka waktu gw berobat ke Doti, on-off  sih waktunya karena banyak faktor, ada saatnya kakak gw gak ngasih sumbangan, ada juga karena lagi gak mau ngerasain sakit, cukup hati ini yang merasakan #eh. Kalau komedo di hidung mulai terlihat banyak dan terasa gatal baru lah gw ke Doti lagi.

Lama kelamaan pun terasa capek berobat ke Doti, karena gak tahan sama sakitnya sewaktu facial, gak rela ngeluarin uangnya, lokasi juga lumayan jauh dari rumah dan kurang suka sama efek beberapa hari setelah facial, mungkin karena kulit wajah yang super sensitif maka waktu yang diperlukan kulit untuk kembali ke warna normal lebih lama dibandingkan orang lain. Kira-kira sampai lulus kuliah gw hanya rutin memakai obat-obatnya dan tidak terlalu sering facial

Setelah lulus kuliah tahun 2010 gw berhenti ke dokter karena tidak mau disubsidi lagi sama kakak. Saat bekerja gw malah jadi tidak ada waktu buat ke dokter. Kira-kira dari 2010-2012 gw sama sekali gak ke Doti dan tidak pakai obat dokter sama sekali. Paling cuma pake acne gel yang dijual di supermarket. Gw pengen muka gw tidak bergantung sama obat dokter. Gw ngerasa jengah dengan obat dokter yg bikin manja ini, gw harus selalu rutin pakai, kalau gak pakai bisa langsung jerawatan, jadi gak permanent hasilnya kalau di gw. Belum lagi sama efek obat malam yang bikin kulit gw terkelupas dan berasa makin sensitif. Akhirnya saat itu gw memutuskan berhenti berobat ke dokter, niatnya ingin mengistirahatkan kulit dan dompet.

Sekitar awal tahun 2014, karena gw rasa sudah perlu untuk perawatan ke dokter lagi maka dicobalah rekomendasi dari teman untuk ke dokter lain, nama klinik nya DL Slim & Skin Centre. Ada cukup banyak cabangnya dan saat itu yang terdekat dari domisili gw adalah cabang Bintaro. Gw mau mencoba ke sini karena lebih murah dan juga ada info kalau kita bisa tidak langsung facial, boleh coba obat nya saja dulu. Pertama kali ke sana gw registrasi di kasir, lalu menunggu di panggil dokter di lantai atas. Sesampainya di ruang dokter, gw berkonsultasi dan menceritakan sejarah serta keluhan dari kulit muka gw. Lalu dokter menjelaskan sambil gw disuruh berbaring di kasur praktek, setelah pengecekan kondisi kulit menggunakan mata telanjang, muka gw difoto, lalu kembali konsultasi di meja dokter dan diberikan resep obat-obatnya. Setelah itu gw ke kasir untuk menebus obat dan membayar.

Setelah seminggu pengobatan dan dirasa cocok, gw akhirnya memutuskan untuk facial, Istilah ada harga ada kualitas itu benar, jujur saja untuk facial jauh lebih enak di Doti, fasilitas yang diberikan terasa berbeda, seperti peralatan yang digunakan dan variasi tindakan. Kalau di Doti, saat facial dimulai beuatician akan melihat wajah kita melalui kaca pembesar yang sekelilingnya menggunakan lampu. Di D&L tidak menggunakan peralatan seperti itu, hanya menggunakan mata telanjang beautician, jadi timbul efek tidak percaya "apakah ini benar sudah dikeluarkan semua komedonya", rasanya belum karena proses beautician untuk mengerjakan terasa cepat sekali sekitar 20 menit. Setelah penyiksaan alias dipencetin lalu wajah akan di masker. Di sini gw juga pernah mencoba chemical peeling, oia malah di sini wajib untuk tidakan chemical peeling dan juga ditawarkan untuk suntik agar jerawat cepat kempes. Awalnya gw ragu untuk chemical peeling karena dari judulnya aja, ini pasti bahannya sudah tidak alami dan takutnya tidak baik untuk kesehatan kulit jangka panjang. Tetapi beautician  dan dokter Spkk meyakinkan gw kalau ini aman dan tindakan peeling dilakukan langsung oleh sang dokter kulit.

Awalnya hasil perawatan di D&L terasa memuaskan, jerawat secara ajaib langsung hilang, namun ternyata lama kelamaan warna kulit antara muka, kelopak mata dan leher jadi belang banget. Kulit muka gw terlihat lebih putih dibandingkan kelopak mata. Gw kira awalnya mungkin ini hanya perasaan gw, namun ternyata kakak gw juga komen hal yang sama, fix lah gw yakin warna kulit gw memang belang dan obat di DL cukup keras. Mungkin karena gw pernah beberapa kali peeling dan penggunaan cream malam yang notabenenya untuk mencerahkan jadi menyebabkan warna kulit belang. Saat gw mengkonsultasikan hal ini ke dokter, gw malah disarankan untuk melakukan chemical peeling untuk kulit sekitar mata. Gw menolak karena terlalu banyak obat kimia dan warna putihnya akan terlihat tidak alami.

Mungkin gw hanya berobat selama 2-3 bulan di sana, memang sih jerawat gw cepat sekali sembuhnya, tapi kulit gw pun juga terasa kencang narik-narik gitu, jadi mungkin gak cocok obatnya di gw dan diputuskan untuk tidak melanjutkan perawatan di sana. Karena lama tidak datang gw di-sms melulu oleh D&L dengan berbagai promo, apalagi ternyata mereka menginfokan baru buka cabang yang dekeeeet banget rumah gw,  tetapi hati gw tidak bergeming.

Akhirnya kembali lagi deh gw ke Doti kira-kira pertengahan 2014, tetapi sekarang gw mencoba yang di cabang Kemang. Suasana di sini lebih homey, lebih dekat ke rumah, antrinya gak pakai lama (oiaa gw belum bilang ya kalau Doti Benhil itu ngantrinya suka parah apalagi kalau hari Sabtu, tapi ini dulu sih sekitar tahun 2007an, gak tau kalau sekarang)  dan dokternya juga lebih ramah. Cuma namanya di Kemang akses transportasi umum lebih sulit (waktu itu belum ada ojol alias ojek online). Di Kemang gw baru tau ada treatment yang namanya Bio-e dan ini ngaruh banget buat ngilangin bekas jerawat, kulit kemerahan dan menenangkan kulit, sekali treatment  Bio-e biayanya Rp.250.000. Jadi Bio-e itu perawatan dengan menggunakan cream bening dari lidah buaya, cream tersebut dioleskan ke kulit wajah kita, lalu dipijat menggunakan alat yang gw gak tahu namanya (mirip seperti alat barcode scanner di kasir). Rasanya dingin-dingin sejuk menenangkan gitu dan prosesnya kira-kira hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit. Jadi pas banget setelah penyiksaan dipencetin lalu kulit wajah ditenangkan menggunakan lidah buaya.

Selama berobat di Doti wajah gw udah lumayan bersih, tinggal bekas-bekas jerawat dan pori-pori yang agak besar. Lalu mungkin sekitar awal tahun 2015 gw udah mulai malas lagi ke Doti. Gak tau kenapa, capek aja rasanya perawatan ke dokter kulit.

Suatu hari gw lagi sekedar jalan-jalan di Metro Gandaria City dan disamperin oleh mba-mba Sales Assistant (SA) dari brand Murad produk Amerika. Sumpah SA-nya pintar banget jualan, pertama gw dikasi free treatment di counter, semacam membersihkan muka dengan rangkaian produk Murad aja sih. Pertama kali gw kemakan omongan si mba dan membeli sepaket trial-acne kit, yang terdiri dari clarifying cleanser, acne spot treatment, skin perfecting lotion, clarifying mask dan ditambah 1 botol besar toner. Dari awal treatment terasa kalau produk ini memang bagus dan termasuk cukup mahal, untuk paket trial yang kecil-kecil itu aja kalau tidak salah dihargain sebesar Rp 999.000. Pintarnya si SA kita dikasih free treatment di counter mall, yang dimana setiap kali kita datang untuk treatment pasti ditawarin aneka produk yang bikin gw pusing dan gampang tergiur untuk beli. Gw beli ini itu dan lama kelamaan tersadar tabungan gw di rekening kok "ilang".

Packagingnya sedikit beda dengan yang gw beli, tapi isinya sama. Gw pakai ini ditambah dengan 1 botol Toner.
source: https://i.pinimg.com/originals/eb/50/a1/eb50a1644d0c7c3b2bac6c7546296f71.jpg
Awalnya sih terasa manjur produk ini, muka gw mulus, iritasi dan kemerahan berkurang tetapi setelah beberapa bulan kulit gw seperti kebal sama obatnya. Akhirnya gw berhenti membeli produk Murad, walaupun si mba whatsapp gw terus-terusan dan gw tolak secara halus saja. Gw masih rutin pakai Murad sampai seluruh produk khusus acne yang gw beli habis dipakai. Tetapi di sela-sela waktu pemakaian tetap saja ada satu atau dua jerawat muncul, apalagi di saat menstruasi. Akhirnya sampai sekarang masih banyak tuh produk tersisa yang gak gw pakai.

Sisa produk Murad, ujung bawah kanan itu Black Head Remover, mutasi kemasan ke botol Mario Badescu,
karena baru aja pecah kemaren kemasan aslinya,

Gw pun mulai berpikir sebenarnya apa sih obatnya, kalau dari pola makan gw sudah menjaga banget dengan mengurangi gorengan dan perbanyak makan sayur. Obat apa sih yang cocok banget di kulit gw? Jerawat hormonal ini sebenarnya bisa disembuhin apa tidak? Gw pun juga mencoba masker wajah dengan bahan alami buatan sendiri, seperti putih telur, tomat, pisang+madu+oatmeal dan bengkoang yang dihaluskan. Sampai sekarang gw masih suka (walalupun tidak rutin) menggunakan masker berbahan alami. Karena alami gw rasa masker buatan sendiri itu banyak khasiatnya  dan tidak berbahaya untuk kulit wajah. Gw rajin googling 'masker alami untuk jerawat', ;masker alami untuk merncerahkan wajah', 'masker alami untuk bekas jerawat'.

Lalu setelah beberapa lama (kira-kira pertengahan 2016) karena gw anakanya super labil, gw ikut-ikutan produk anti acne rekomendasi kakak gw yang kedua yaitu dari Kiehl's,  harganya sedikiiiit lebih murah dari Murad, variannya juga banyak dan botolnya juga setipe dengan murad dikemas dalam ukuran besar. Enaknya kalau belanja di Kiehl's customer sering dikasih lumayan banyak free product yaa travel size pastinya. Produk ini sangat bagus, diproses dari bahan alami, tidak pernah terasa perih di kulit dan tidak pernah menyebabkan kulit gw terkelupas atau memerah. Karena botolnya besar bisa untuk sharing, gw jadi bisa beli patungan berdua sama kakak. Lama kelamaan gw pun menemukan online shop di instagram yang menjual produk ini dalam ukuran kecil. Sebenarnya sama aja sih harganya mahal juga, tetapi ya intinya bisa lebih sedikit mengeluarkan uang. Saat memakai produk ini biasanya hanya muncul jerawat saat menstruasi, kulit gw gak pernah terkelupas ataupun memerah. 

Beberapa produk Kiehls yang sempat dipakai, beberapa kemasannya sudah dibuang.
Bahkan sunblock (tengah atas) masih gw pakai sampai sekarang dan botolnya gw belah karena ogah rugi.

Di sela-sela aneka produk yang gw tulis di atas, gw pernah juga coba produk drying lotion-nya Mario Badescu, tapi tidak berefek apa-apa, pernah juga pakai toner SK-II tapi karena baunya aneh gw jadi malas pakai dan produk MLM Glucola beserta roll ajaibnya itu, tapi tidak ada perubahan yang signifikan (mungkin karena gw juga kurang sabar dan pegel yaaak nge-roll muka gitu) dan banyak produk lainyya yang tidak mungkin gw inget semua. Oia gw juga pernah pakai produk-produk dari Kangen Water, seperti beauty spray dan citric acid (ini bukan sih namanya). Tetapi mungkin karena gw yang cara pakainya salah atau memang tidak cocok, malah jadi tambah parah break out nya, semua jerawat pada muncul ke permukaan. Barulah saat itu gw insyaf dan balik lagi ke Doti.

Gw pengen banget bisa pakai produk-produk yang dijual di mini-market, super-market, hyper-market apalah pokoknya yang banyak di pasaran, yang gak mahal. Gw iri banget sama cewe-cewe yang memiliki kulit "badak", kulit yang kuat, gak manja, gak sensitif dan bisa pakai produk apa saja. Tetapi apa daya perlu usaha lebih bagi gw untuk memiliki kulit yang sehat nan "normal".

Mungkin gw pakai kiehl's ekitar satu tahun, jadi sebenarnya gak mahal banget juga sih karena kemasanya besar jadi a-kira kirbisa di pakai selama empat sampai dengan enam bulan. Lalu setelah produk-produk Kiehl's  mau habis, gw berpikir untuk menggunakan produk keluaran drugstore. Masa sih gak ada produk drugstore yang bagus dan cocok di kulit gw, serta ramah di kantong gw yang cuma karyawan biasa. Alhasil dapat rekomen lagi dari kakak gw,, duuuh kakak lagi yaa,, emang nih mereka banyak mempengaruhi hidup gw, kakak-kakak panutan ceritanya, haha. Kakak gw ini menyarankan produk bernama Illuminare yang di jual di Century. Produk ini berasal dari Jepang dan secara mengejutkan produk ini sangat cocok di kulit gw. Kulit gw gak pernah terkelupas senlama memakai produk ini dan acne spot gel-nya sangat ampuh untuk mengempeskan jerawat yang muncul/berjendol di permukaan kulit wajah. Tetapi kalau tipe break out nya hanya di dalam atau di bawah lapisan permukaan kulit agak susah diberantasnya.

Apa saja rangakaian produk illuminare yang gw pakai? Pertama gw memakai make up cleansing water untuk menghapus makeup. Menurut gw produk ini bagus, selama ini gw paling malas bersihin muka menggunakan produk seperti ini karena terasa berminyak dan perih. Namun dengan illuminare keluhan itu tidak gw rasakan. Lalu lanjut mencuci wajah dengan acne facial wash, cukup dibusakan di tangan lalu dipijat-pijat secara lembut dan cepat ke wajah dan bilas dengan air sisa rebusan indomie eh air bersih maksudnya. Setelah itu gw pakai toner, cukup dituangkan 2-3 tetes ke kapas dan dipijat-pijat lembut ke wajah. Kenapa menurut gw sangat penting memakai toner? karena anggap saja air yang kita pakai untuk membilas wajah itu tidak bersih 100%, jadi dengan toner dapat menyempurnakan kadar pH alami kulit wajah. Setelah itu gw memakai moisturizer dan dilanjut dengan acne spot gel di titik tertentu yang muncul jerawat. Nahhh itu aja cukup simple sih menurut gw, oia kalau malam gw suka diselingi dengan brigthening cream dan ditambahkan pemakaian eye cream pada pagi dan malam hari agar mengurangi mata panda.

Produk yang gw pakai saat ini, Illuminare.

Jadi illuminare ini ada 2 tipe, label biru untuk brightening atau mencerahkan dan label hijau untuk anti acne atau mencegah dan mengobati jerawat. Obati dulu jerawatnya baru pelan-pelan boleh beralih ke yang mencerahkan. Sesuai penjelasan apoteker, produk Illuminare ini terbuat dari bahan-bahan alami, sehingga bagus dan aman untuk kulit sensitif. Baru-baru ini gw mencoba compact powder Illuminare, awalnya gw gak mau karena sudah terbiasa menggunakan bedak tabur dan percaya kalau bedak padat tidak bagus untuk kulit sensitif. Tetapi sang sales meyakinkan kalau bedaknya pun juga sangat alami dan aman, walaupun pada tetapi memang dirancang untuk kulit berjerawat dan sensitif. Akhirnya gw pun percaya dan mencoba ternyata memang ringan bedaknya dan tidak menimbukan kesan seperti topeng layaknya menggunakan two-way cake compact powder. Kekurangan dari produk ini hanya dari kemasan yang hampir mirip bentuk botolnya, awalnya gw sempet ketuker-tuker pakainya, tetapi sekarang sudah fasih dong.

Yaaa begitulah, emang ribet sih jadi cewe, ada aja macem-macem perawatan. Harus banyak sabar dalam menghadapi kulit yang super sensitif macam ini. Karena seiring bertambahnya usia gw yakin deh hampir semu cewe akan semakin memerhatikan kesehatan dan kecantikan kulitnya. Jangan lupa selain menggunakan rangkaian produk perawatan, pengobatan dari dalam juga sangat penting. Seperti banyak makan-makanan yang berserat dan menghindari produk yang mengandung susu, kacang-kacangan dan berminyak. Sama banyak-banyak wudhu ya gaes. haha.

Gw perlihatkan beberapa metamorfosis muke gw ya, ini yang gw perlihatkan pas lagi jerawat parah aja (foto dari 2007an gak ketemu) Di masa transisi pengobatan adakalanya wajah gw berhasil menunjukan hasil pengobatan di dokter dan dari beberapa produk. Ehh tapi gw liatin juga deh pas lagi mulus biar gak enek-enek amat yang liat. hehe.

2009, mulus hasil berobat di Doti Benhil, asli tanpa edit belum ada beauty cam.
Dipotret pake SLR terbukti jernih sampai ke pixel terkecil.

Akhir 2012, jerawat kecil/batu di area jidat gw yang lebar


2014, saat terparah, berobat kedua kali di Doti Kemang.


Masker Hijau paling enak dan paling cepat untuk mengeringkan jerawat di Doti.


Akhir 2014, hasil berobat di Doti Kemang

2017. HAHA!
Share:

August 26, 2017

July 15, 2017

I Will Never Let it Go

Kindness.
It is what we need to be a happiest person in this planet and insyaAllah in the afterlife as well. 

I am tryin, tryin really really hard to be a better human and muslimah. 

It is not that easy to wear this hijab, if you wear a hijab, everyone thinks you must be a good muslimah. But it is not as simple as that. We are just a human being, who have many sins, did many mistakes accidentally or intentionally.

If we did things wrongly is just because of ourself, it is not because of our religion. I wears hijab but it does not make me a perfect muslimah in an instance.  If I did a mistakes then don't blame my religon, don't point your finger to my religion. It is all because of me, a human being.

I always heard "seriously?? she wear a hijab but she did those sins? What kind of bi*ch". You know what? It is so mean to said and so cruel to heard. So don't blame my hijab nor my religion, just blame me.

As a person I have choosen many wrongs way, indeed. But I tried and I am still trying to be a better person and muslimah. Experiences make us wiser, mistakes make us learn and time will make a peace by itself. 

Have a peace with ourself is really a hardest thing to do. Accept what we are, accept yourself as you are.

Nowadays we see many signs of the end of the world or armageddon. We live on the edges. So what are we waiting for people? We live in this temporary dunya only for once, I always believe there are no such thing like a reincarnation. We live forever in jannah or in hell. 

Anyway, I don't really understand if hell is temporary or not, if I'm not wrong, in my religion I understand that sinners will burn or get punishment  in hell untill our sins is clear and then we can go to the heaven or jannah, but we don't know how much times we will spend in the hell. 

Back to topic, it would be better if we live together in harmonius sorroundings, lean on each others. Difference should makes us more bonded. Unity in diversity, appreciate the difference and others opinion. Don't just consume it rarely but proceed it first. 

Don't let ourself to be provocated by a bullshit(s). Just ignore mean words and spread the nice words, good gestures and spread the love!

I am still tryin to do all those things. It is so hard. But I am tryin for the sake of our live, our planet and our kindness. A human being. 

Happiness, kindness, helping, available ears to hear others opinions and hands to help.. 

I will always try to be a kinder and a happier person and trying really hard to have a peace with me. I will never let a pure kindness away from me, won't let it go even in the darkest place ever. Kindness will makes us happier and it is a good way to start and continue a live!





*saat insomnia menyerang saat itu juga ide berebutan ingin diketik*
Share:

June 15, 2017

Jakarta Chaos -Part 2-

Tulisan ini adalah sambungan dari cerita sebelumnya, refresh dulu yuk click me!


Seketika Ia terjerembab ke depan dan kepalanya membentur sesuatu yang keras. Tangannya meraba-raba dalam kegelapan mencari pegangan untuk berdiri. Di pelipis kirinya Ia merasakan cairan hangat mengalir perlahan sampai ke pipinya. Ia hanya berusaha untuk segera berdiri karena panik dengan apa yang baru terjadi. Ia masih belum tau benar apa sebenarnya yang sedang terjadi, tidak lama kemudian lampu darurat dalam bus menyala.

Penumpang lain yang terjatuh-pun banyak yang sudah bisa berdiri lagi. Keadaan panik mulai terjadi di dalam bus Trans, lalu Alinka mencoba membantu si bapak teman seperjalanannya untuk berdiri. Tak lama kemudian tercium bau asap dari bagian belakang Trans, penumpang pun semakin panik. Mereka takut mesin bus Trans terbakar, akhirnya para penumpang mulai berteriak. Mereka meminta pintu segera dibuka agar bisa keluar dari dalam Trans. Kondektur mencoba menenangkan penumpang yang panik dan lampu dalam bus kembali menyala normal, diiringi dengan suara mesin bus yang menyala kembali. 

Ternyata ledakan yang terdengar adalah suara dari ban Trans yang bocor dan sang supir tidak bisa mengendalikan bus karena kaget sehingga Ia menabrak pembatas jalan. Dan bau asap yang menyerupai bau karet terbakar adalah hasil dari letusan ban yang bocor. Kondektur pun memberitahu kepada penumpang bahwa mereka akan dipindahkan ke bus yang ada di belakang karena bus yang mereka tumpangi sudah jelas tidak bisa melanjutkan perjalanan. 

Alinka lalu berpikir “wah kalau dipindahkan pasti bakal lama karena Trans belakang pasti penuh jg.” Ia pun berpikir untuk turun saja dari bus dan naik kendaraan lain, karena dia sudah cukup lelah dan kepalanya sedikit pusing setelah membentur sesuatu tadi. Banyak penumpang lain minta diturunkan saja walau sebenarnya tidak diperbolehkan dengan peraturan TransJakarta tetapi karena keadaan sedang darurat akhirnya kondektur dan supir membolehkan penumpang untuk turun dari bus.

Saat sedang berpikir akan bagaimana cara agar Ia bisa segera pulang, ada seseorang menepuk pundak Alinka. “Mba, maaf itu kepalanya berdarah. Ini coba pakai ini, bersih kok.” Seorang pemuda sembari menyerahkan handuk kecil seukuran sapu tangan. “Hah? Masa?” tanya Alinka, lalu Ia meraba pelipis yang ditunjuk pemuda itu. Benar saja ada cairan merah di jari-jarinya yang meraba-raba pelipisnya. Ia sedikit panik. “Tapi kayanya sudah berhenti pendarahannya, tapi ambil aja ini mba buat bersihkan sementara.” Kata si pemuda sambil memberikan handuk kecil tersebut. Alinka masih bingung, Ia baru merasakan rasa sakit di luka tersebut serta denyutan keras di kepalanya karena sakit tersebut. Ia pun menerima pemberian pemuda tersebut lalu segera membersihkan noda darah di mukanya. “Mending kamu turun aja terus obatin lukanya ya.” Si bapak memberikan saran. Si pemuda pun mengiyakan saran si bapak.

Tanpa pikir panjang Alinka pun turun dari bus mengikuti penumpang lainnya setelah berterima kasih ke si bapak dan si pemuda. Ia turun melalui pintu depan lalu segera menyebrang ke trotoar. Jalanan saat itu sudah sangat macet parah sehingga dengan mudah Ia melangkah dari jalur TransJ ke trotoar. Hujan masih setia menemani malam yang melelahkan ini. Lalu kembali ada yang menepuk pundak Alinka lagi, ternyata pemuda yang tadi. “Mbak, saya punya plester luka nih kalau mau buat sementara, mau gak?” ujarnya. Alinka mengangguk saja lalu si pemuda merogoh tas ranselnya mencari plester luka. Lalu Ia memberikan kepada Alinka, dan ia bertanya “mau saya yang pasangin gak mba? Kan kalau pasang sendiri gak tahu letak lukanya dimana?” Alinka pun kembali hanya mengangguk saja. Dia hanya pasrah diberi bantuan oleh orang asing. Selesai memakaikan plester ke Alinka pemuda itu bertanya lagi “rumahnya dimana mbak?” “Di Ciputat, mas dimana?” Alinka balik bertanya sekedar basa basi. “wah searah dong, saya di Lebak Bulus mbak.” jawab pemuda itu cepat.”Terus sekarang pulangnya mau gimana mbak? Kata teman-teman saya macet dimana-mana soalnya ada pohon tumbang di banyak tempat terus ada yang kebanjiran juga.” lanjut si pemuda tsb. “Waduh, yang bener mas? Yah gimana dong? Mas sendiri pulangnya gimana?” tanya balik Alinka. “Nah saya juga msh bingung, ini lagi nunggu jawaban teman saya yang naik kereta, semoga aja kereta lancar ya. Kalau naik kereta saya niat turun di stasiun Pondok Ranji terus nginep di rumah kakak Saya dekat situ.” jawab si pemuda.

“Ooh naik kereta ya, boleh jg sih tapi saya ga ngerti naik kereta mas.” balas Alinka. “Kalau mau bareng saya aja mba, nanti dari Stasiun Pdk Ranji naik ojek aja ya, nih teman saya sudah balas katanya kereta aman. Nah sekarang Saya mau ke Stasiun T. Abang, tapi dari sini ke stasiunnya saya bingung naik apa?” si pemuda berkata. “Kalau naik ojek berapa lama mas?”tanya Alinka. “hhhmm sekitar 20 menitan mba kalau ga macet.” Sahut si pemuda. “Tuh ada minimarket mbak, mending bersihin lukanya dulu sembari mikir pulangnya gimana” lanjut si pemuda. Alinka hanya mengangguk saja, dia sedang bingung dan tidak bisa berpikir karena rasa sakit dan lelahnya. Alinka disuruh duduk di salah satu meja di luar minimarket sedangkan si pemuda masuk ke dalam minimarket tsb. 

Setelah beberapa menit si pemuda membawakan sebuah plastik berisi plester dan obat luka beserta dua paper cup berisikan hot chocolate. “nih mbak diminum dulu biar tenang sedikit.” Kata si pemuda. Lalu dia membuka kemasan obat luka dan menawarkan untuk membantu membersihkan luka Alinka, namun ia menolaknya tapi akhirnya mau karena merasa kesulitan mengobati luka sendiri tanpa menggunakan cermin. “Mas, makasih banyak lhoh, Saya sampai lupa bilang, sudah bantu saya dari pas di Trans sampai sekarang. Maaf ngerepotin banget, oya nama mas siapa ya?” tukas Alinka tiba-tiba. “iya gak apa-apa mbak, saya ikhlas kok, apalagi ceweknya cantik kaya mba, nama saya Sakhi mba, boleh tau nama mba?” balas Sakhi sembari tertawa pelan “oooh nama saya Alinka mas.” Jawab Alinka lugas.

Mereka mengobrol sembari mencari solusi agar bisa pulang ke rumah masing-masing. Mereka pun memutuskan pulang menggunakan taksi bersama, karena jika m
enggunakan kereta pasti padat penumpang jam segini. Mereka pun segera mencari taksi dan langsung dapat. Di perjalanan mereka saling berbicara mengenai kegiatan sehari-hari, Alinka tidak merasa canggung lagi karena dia percaya Sakhi pemuda yang baik. Di perjalanan Alinka beberapa kali tertidur karena kelelahan, Sakhi juga sebetulnya mengantuk tapi dia tetap terjaga agar supir taksinya tidak salah arah. Alinka sempat memberitahu dimana rumahnya lalu Sakhi memutuskan mengantarnya terlebih dahulu walau lokasi rumahnya mengharuskan dia untuk turun duluan dibanding lokasi rumah Alinka. Dia merasa Alinka sudah tidak ada tenaga buat menunjukkan arah jalan rumahnya. Walaupun pemuda ini juga tidak tahu persis lokasi rumah Alinka.

Ketika sampai di jalan rumah Alinka, Sakhi membangukan Alinka untuk menunjukkan dimana lokasi persis rumahnya. Akhirnya Alinka sampai di depan rumah itu, ia berkali-kali mengucapkan terima kasih ke Sakhi. Membuat pemuda itu jadi tidak enak hati takut niat baiknya disangka memanfaatkan keadaan. “lain kali boleh saya mampir ke sini mba? Celetuk Sakhi. Alinka hanya tersenyum tipis dan melambaikan tangannya serta berjalan menuju ke rumahnya tanpa pernah menoleh ke belakang. Sakhi pun merasa ini terkahir kalinya ia melihat rumah tersebut atau gadis itu. Padahal Ia berharap bisa ke rumah itu lagi suatu saat untuk menemui Alinka.

Perjalan malam ini menghabiskan waktu hampir tiga jam untuk tiba di rumah Alinka, sebuah perjalanan waktu yang luar biasa pada malam itu, Jakarta benar-benar chaos sekali. Alinka pun langsung tertidur lelap, berharap besok pagi Jakarta lebih bersahabat.

P








S:Penulis:
.:RR:.


Share:

Cerita Pembuatan e-KTP yang Hilang

Tanggal 01 Juni 2017 untuk pertama kalinya dalam hidup gw kehilangan sebuah benda, benda itu adalah benda berharga yang berisikan kartu-kartu penting, dompet! Alhamdulillah gw seumur-umur belum pernah kecopetan, dijambret, kehilangan handphone dsb. Tetapi di awal bulan Ramadhan gw harus ikhlas dapat cobaan seperti ini. Gak perlu gw ceritain kronologis kehilangan dompet nya ya, karena yang menjadi sorotan gw di sini adalah tentang e-KTP atau Kartu Tanda Penduduk-elektronik.


Setelah membuat Surat Keterangan Kehilangan di Polres Kelapa Gading, esoknya gw mulai berurusan dengan bank-bank terlebih dahulu untuk membuat kartu debit. Lalu minggu depannya baru berencana mengurus e-KTP. Gw agak malas urus e-KTP karena kelurahannya jauh, rumah gw di Tangsel tapi e-KTP gw terdaftar sebagai warga Jakpus, kebetulan di sana ada rumah almh. nenek. Akhirnya diputuskan Senin pagi sehabis sahur gw mau langsung jalan ke Bendungan Hilir. Lucky me! papa mau nganterin karena sekalian beliau mau check-up di RSAL Mintohardjo.

Pertama gw ke rumah ketua RT yang posisinya dekat banget dengan rumah nenek, dimana rumah nenek gw itu hanya bisa gw pandangi dari jauh. Ketemu lah dengan pak RT yang sebelumnya sudah gw hubungi untuk membuat janji dan maksud kedatangan. Pak RT nya ramah dan cukup membantu, Sebelumnya ada percakapan gw dengan papa mengenai memberikan tips sebagai rasa terima kasih ke pak RT. Gw sih tadinya gak mau karena gw pikir itu bagian dari pekerjannya, tetapi kata Papa, pak RT itu gak digaji. Hoo oke lah gw kasih kalau begitu, lagian juga gak seberapa. Beda kasusnya saat mengurus SKK di polres, gw udh mengingatkan temen gw untuk jangan memberikan uang tips sama sekali, karena itu adalah bagian dari pekerjaannya. Tetapi tetep lah temen gw memberikan tips, mana gede banget, gw jadi emosi seketika, secara itu ga etis buat gw pribadi. Tau sendiri kan kalo ngurus SKK polisi tuh suka lama (pengalaman gw-gatau kalau polisi lain) lama ngetiknya, nanya-nanya nya (oke lah kalau nanya-nanya lama gpp) tapi kan mereka suka banget salah-salah ketik gitu, Udah memberikan tips gede tapi cuma dikasih 1 SKK berlegalisir dan tampaknya gw harus balik lagi ke sana untuk meminta SKK legalisir guna keperluan mengurus kartu lain  yang hilang.


Setelah dari pak RT gw langsung ke Kelurahan, karena memang diinfokan tidak perlu tandatangan ketua RW lagi. Pak RT menginfokan kelurahan buka jam 08.00 tetapi ternyata dari jam 07.30 sudah buka dan sudah ada petugas yang bekerja, juga ada pasukan orange yang sedang apel pagi. Gw ditemui oleh seorang petugas pria dan langsung menanyakan kok gak ditandatangani ketua RW, gw jawab karena instruksi dari pak RT adalah langsung saja ke kelurahan. Lalu beliau membalas dengan 'lhoooh kok pak RT gak tau kalo harus ke RW dulu, nanti saya tegur deh". Gw timpali dengan "ya mungkin pak RW nya masih ngantuk pak abis sahur belum tidur. hehe" Jadilah bapak itu melihat Kartu Keluarga gw dan mulai deh nanya-nanya gak penting, seperti "lhoooh udh lulus kuliah saya pikir masih anak kuliahan" "lhoooh kok belum kawin, cakep2 gini, udah umurnya tuh" "hooo lahirnya jauh yaaa" zz gw tanggepin dengan cengar cengir kuda aja. Intinya si bapak itu menjelaskan gw harus ke rumah ketua RW dulu dan gw gatau rumahnya dimana, namun berkat kehebatan kang Uber Motor sampai lah gw di rumah RW.






Sampai di sana rumahnya sepi, ada nenek dengan rambut beruban keluar dan gak tau dimana pak RW, entah lagi tidur atau sedang keluar katanya. Kata nenek itu dititipin aja dokumen yang mau ditandatangan, gw menolak, yang ada dokumen gw bisa ilang nanti, gw tanya aja memangnya tidak bisa diwakilkan oleh yang lain. Beliau menyarankan kalau gw sebaiknya ke rumah sekretarisnya saja di gang sebelah, saat itu gw lagi puasa, udah lemes bgt sih sebenernya, tetapi untung cuaca tidak terlalu panas. Gw jalan ke rumah sekretaris dan langsung ketemu beliau dan kami kembali lagi ke rumah pak RW dan langsung dieksekusi surat gw. Dalem hati gw mendesah emang gak bisa ditelfon aja apa biar gw gak mondar mandir. Lelah bang lelah, ngurus ginian sendiri baru pertama kali, biasanya diurusin, seketika gw jadi merasa lebih dewasa bisa ngurus perintilan begini, secara bisa ditemenin mama kalo begini. haha. Bapak sekretaris itu cukup baik untuk mengingatkan gw agar mengcopy dulu semua berkas.





Kembali lagi gw ke kantor kelurahan, ketemu bapak yang tadi dan berkas gw diambil. Berkas-berkas itu terdiri dari:

1. SKK asli dari polres/polsek

2. Fotocopy Kartu Keluarga

3. Surat pengantar RT dan jangan lupa wajib ditandatangani RW

4. Fotocopy e-KTP lama


KTP lama gw sudah yang elektronik tetapi masih ada tulisan masa berlaku, walaupun secara sistem sudah tercatat dengan berlaku seumur hidup, jadi memang baiknya sekalian diganti kata petugas. Tetapi permasalahannya seperti yang sudah kita ketahui, ada kasus korupsi pada penyediaan blanko e-KTP yang sekarang tersangkanya masih dalam masa persidangan. Jadi akan memakan waktu untuk proses nya, untuk sementara akan dibuatkan resi e-KTP. Gw bertanya kapan jadinya e-KTP, apakah akhir tahun ini? kata petugas diusahakan bulan Agustus karena blanko nya sedang proses cetak. Heran masih aja ya ada koruptor udah tahun 2017, masih aja mau makan yang bukan hak-nya, akhirnya kepentingan bersama jadi terganggu. Dan KTP gw sekarang dari HVS -____-

Setelah berkas gw di bawa ke dalam, lalu menunggu beberapa saat dan gw dipanggil untuk tanda tangan, tidak perlu foto lagi, padahal gw ngarepnya bisa foto supaya update aja gitu. Ternyata yang mengecewakan resi nya itu tidak bisa langsung diambil, harus diambil besok jam 07.00. Gw udah khusus cuti kerja hari ini buat mengurus e-KTP, ya kali besok gw harus ke sini lagi buat ambil resi doang. Gw gak ngerti apa susahnya itu resi langsung dicetak. Gw putuskan untuk diwakili kakak gw aja mengenai pengambilan resi, karena kebetulan kantor kakak dekat daerah benhil.

Begitulah proses pembuatan e-KTP sudah tidak terlalu ribet seperti dulu, tapi apa gunanya elektronik-nya ya? elektronik itu bukannya untuk mempermudah warga dengan sistem data online dsb. Di sini kita masih harus mondar mandi menghadapi birokrasi.


INDONESIA AYO MAJU!!



Share:

January 27, 2017

Ujung Kulon

Di Ujung Kulon, Banten terdapat banyak pulau yang cantik dan juga pulau lainnya yang lokasinya agak tersembunyi serta memerlukan perjuangan ekstra untuk mengunjunginya. Jarak tempuh yang cukup jauh dan terpencil itulah yang mungkin masih menjadi faktor penjaga keindahan alami pantai tersebut.

Pada tanggal 23-25 Desember 2016 gw bersama kakak dan teman-teman mengikuti open trip dari travel yang tidak gw rekomendasikan ngetripmulu.com, nanti akan diceritakan alasannya. Kami berencana untuk snorkeling di Pulau Peucang dan Badul, lalu ke Padang Rumput Cidaon dan ke Pulau Handeleum untuk bersampan di Sungai Cigenter.

Travel yang kami gunakan saat itu memang tidak cukup memuaskan, karena dari awal perjalanan saja mereka sudah mengecewakan. Pertama, saat kumpul di meeting point Plaza Semanggi waktu keberangkatan sudah sangat terlambat. Direncanakan berangkat pukul 21.00 tetapi mundur sampai pukul 24.00 dikarenakan bus pariwisata kondisinya tidak prima, seharusnya kan sudah dicek jauh dari sebelum waktu keberangkatan. Akhirnya kami terlunta-lunta di pelataran Plaza Semanggi, sampai akhirnya diminta  dengan baik oleh security untuk menunggu di tempat lain karena hari sudah malam sekali. Selama perjalanan menuju desa Sumur gw habiskan dengan tidur dan yang gw sesalkan adalah kenapa tidak kepikiran untuk membeli obat anti mabok sebelumnya. akhirnya kami tiba sekitar pukul 07.00 di Desa Sumur.

Setelah mendaratkan kaki di rumah Captain Komodo, kapten kapal kami yang membuat perjalanan jadi menyenangkan, kami disuguhkan sarapan nasi uduk dan segera setelah selesai sarapan kami berjalan kaki ke pantai untuk menyeberang naik kapal ke Pulau Peucang. Ternyata waktu tempuhnya lama sekali sekitar 3-3.5 jam dan saat itu cuaca sedang tidak bersahabat dan ombak cukup tinggi, alhasil gw sukses jackpot dua kali. Di saat inilah gw sangat merindukan antimo dan mengutuk kebodohan gw karena gak kepikiran sama sekali untuk membelinya. Sepanjang perjalanan di kapal gw pusing parah dan bener-bener gak bisa menemukan posisi yang nyaman. Untung kantong plastik selalu tersedia.

Tepian pantai di Desa Sumur

Tempat menyeberang kapal di Desa Sumur


Akhirnya sekitar pukul 11.00 kami tiba di Peucang dan juga masih disambut dengan hujan deras, kami berlari menuju penginapan yang sangat jauh dari kata layak. Hal kedua yang membuat kami kecewa dengan travel ini. Kami heran kenapa diberikan fasilitas penginapan seperti ini, apakah memang biaya kami untuk paket yang sangat tidak layak ini. Setelah beberes dan beristirahat kami kembali menuju kapal, dan oleh Omen travel guide dari ngetripmulu.com kami diberikan pilihan untuk trekking di sekitar Honje atau langsung snorkeling, kami memilih pilihan yang kedua, entah karena memang kami pemalas semua untuk jalan kaki atau oh mungkin karena hujan, takut jalanan licin dan jadi berbahaya. Hal ketiga yang membuat kami paling kecewa dengan travel ini adalah tidak adanya inisiatif dari guide untuk membuat trip ini menjadi lebih menyenangkan dan nyaman.



Panorama Pulau Peucang


Tiba di snorkeling spot, kami langsung nyebur setelah diberikan beberapa pengarahan. Mungkin karena faktor cuaca yang tidak mendukung, pemandangan alam bawah laut tidak terlalu terlihat keindahannya dan sayang sekali banyak batu karang yang mati, mungkin sebagian besar juga karena snorkel amatir seperti kami yang tanpa sadar suka menginjaknya. Saat itu hujan masih turun dan kami terus snorkeling berharap akan menemukan ikan-ikan cantik dan coral reef yang menggoda mata. Tapi usaha kami tidak terlalu sukses, jadi setelah beberapa jam kami kembali ke kapal karena hari juga sudah mulai sore. 




Setelah bebersih di penginapan gw dan teman-teman kembali ke kapal, karena memang suasananya lebih nyaman di kapal daripada di penginapan dan kapten kapal juga cukup baik. Sesudah melahap bersih satu mie instan, ngobrol-ngobrol dan mendengarkan lagu gw pun langsung terlelap di kapal, emang dasar pelor. Ternyata yang lain pun juga ikut tertidur dan bangun-bangun gw kaget karena banyak kecoa kecil berkeliaran di badan kapal di atas kepala gw, dan  tas gw yang ternyata terbuka resletingnya dimasuki oleh kecoa-kecoa kecil. Panik dan langsung kabur dari kapal. Dari awal tidur ternyata gw sudah diketawain oleh mereka katanya bisa aja gw tidur banyak kecoa begitu, lah mana gw tau kalau ternyata kecoa aja mau deket-deket sm gw.

Makan malam pun siap dihidangkan, kami santap dengan sukarela dan hati yang berbahagia. Masakan karya captain  yang juga bisa beralih profesi menjadi chef ini cukup enak, namanya lelaki yang biasa hidup di atas kapal jadi ya harus terbiasa untuk bisa masak. Dua sampai tiga jam waktu sudah berlalu di kapal, lalu kami kembali ke penginapan dan gw sudah berencana untuk langsung tidur. Ternyata ada ajakan bermain kartu di penginapan dekat situ, gw iya-iyain aja tanpa ada niatan untuk benar-benar datang. 


Esok hari, pagi-pagi kami sudah beres packing dan menaikkan barang-barang ke kapal. Sambil sarapan di kapal, kami berangkat ke Cidaon untuk berkeliling di padang rumput yang konon katanya kami bisa melihat hewan-hewan liar secara dekat, seperti sapi, banteng, kerbau, bahkan terkadang ada badak bercula satu. Namun yang kami lihat hanya kotoran-kotoran hewan tersebut,, yaa mungkin sapi. Ternyata sudah lama kata penduduk sekitar hewan tersebut tidak terlihat, sangat susah ditemui saat ini. Akhirnya kami bermain-main dan berfoto-foto saja di Cidaon. 




Dilanjutkan dengan perjalanan ke Handeleum untuk bersampan di Sungai Ciganter. Sejujurnya bersampannya biasa-biasa saja, tidak ada pemandangan yang terlalu menarik, ya mungkin keindahan sudah tidak seperti dulu, seperti keindahan yang dulu pernaha ada.




Lanjut kami mampir di pulau Badul untuk snorkeling, tadinya gw dan teman-teman udah malas untuk basah-basahan lagi. Tetapi saat melihat birunya laut dan cuaca yang cerah gw langsung mengurungkan niat gw. Ternyata di Badul baru saja dilakukan coral reef recovery, jadi batu karang tersebut baru ditanam kembali untuk terus menjaga dan mengembangkan keindahan biota di bawah laut. Ikan-ikan di pulau tersebut juga lebih banyak dan lebih cantik. Di dekat Badul, ada pulau kecil yang gw kira bisa dicapai dengan berenang, ternyata belum ada separuh perjalanan gw udah ngos-ngsoan dan langsung balik kanan siap grak. Setelah puas, kami kembali naik ke kapal dan segera melanjutkan perjalanan pulau ke Desa Sumur. Di perjalanan pulang ini gw sukses nggak jackpot, mungkin karena banyak singgah di beberapa tempat, sehingga perjalanan jadi terasa lebih menyenangkan.




Perjalanan menuju Jakarta menggunakan bus pariwisata yang sama saat kami berangkat, lalu kami makan malam di restoran lokal pinggir jalan dan sudah tidak termasuk biaya dari travel ini. Sekitar pukul 24.00 kami tiba di Plaza Semanggi dan langsung kembali ke rumah masing-masing.




Share: